5 Jan 2020

Di Mana Seseorang Dapat Menemukan Rumah yang Damai Ketika Dia Terpaksa Menjadi Buronan?

Penganiayaan kristen, Kesaksian Kristen, Mengandalkan Tuhan,

Kesaksian Kristen | Di Mana Seseorang Dapat Menemukan Rumah yang Damai Ketika Dia Terpaksa Menjadi Buronan?
Dianiaya karena Iman Mereka kepada Tuhan, Mereka Pergi Bersembunyi dan Tidak Dapat Bertemu dengan Keluarga Mereka Lagi
Karena dia dan istrinya menyebarkan Injil, mereka ditahan oleh polisi PKT (Partai Komunis Tiongkok) selama dua minggu. Setelah mereka dibebaskan, polisi PKT akan datang sewaktu-waktu ke rumah untuk menginterogasi mereka. Polisi memperingatkan mereka bahwa, jika mereka terus percaya kepada Tuhan, mereka akan dijatuhi hukuman penjara, dan polisi mengatur penduduk desa untuk mengawasi dan mengikuti mereka. Polisi juga memasang kamera HD di setiap jalan keluar-masuk desa dan melakukan semua yang mereka bisa untuk mengawasi mereka. Setiap kali dia dan istrinya pergi menghadiri pertemuan gereja, mereka harus sangat berhati-hati, karena mereka takut diikuti oleh polisi dan membahayakan saudara-saudari mereka.
Tidak lama setelah itu, dia dan istrinya mendengar saudara-saudari berkata: “PKT (Partai Komunis Tiongkok) sekarang benar-benar marah. Untuk menciptakan zona ateis di Tiongkok dan sama sekali melarang kepercayaan beragama, PKT mulai mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menangkap dan menganiaya orang-orang Kristen, dan PKT ingin membawa orang-orang yang telah mereka tangkap sebelumnya dan menahan mereka untuk diinterogasi lagi. Penangkapan rahasia sudah terjadi di banyak tempat.”
Mendengar berita ini, dia menjadi sangat cemas. Baik dia dan istrinya telah ditangkap sebelumnya, sehingga tentu saja tidak aman bagi mereka untuk berdiam di rumah. Jika mereka meninggalkan rumah dan pergi bersembunyi, apa yang akan dilakukan putra mereka yang sedang kuliah? Namun jika mereka tidak meninggalkan rumah, polisi PKT pasti tidak akan membiarkan mereka lolos, sehingga mereka akan terus-menerus berada dalam bahaya ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara. Tuhan Yesus berkata: “Namun bila mereka menganiaya engkau di kota ini, larilah ke kota lain” (Matius 10:23). Mereka tidak bisa menunggu putra mereka kembali dari universitas, jadi mereka mengumpulkan beberapa barang dan pergi meninggalkan rumah. Untuk mengurangi bahaya mereka berdua ditangkap bersama, dia dan istrinya pergi bersembunyi di lokasi yang berbeda, dan mereka masing-masing melakukan tugasnya di gereja.
Selama berbulan-bulan berikutnya, dia sering merindukan putranya. Dia memikirkan betapa sedihnya putranya jika kembali ke rumah selama liburan untuk menemukan bahwa orangtuanya telah pergi … Ketika memikirkan hal ini, air matanya menggenang dan mengalir turun bahkan tanpa disadarinya. Dia sangat berharap bisa pulang ke rumah dan melihat putranya, tetapi bagi orang Kristen di Tiongkok, bahkan hak sekecil ini pun telah dirampas oleh pemerintah Tiongkok. Ketika dia memikirkan hal ini, kebenciannya terhadap pemerintah Tiongkok semakin meningkat, dan dia berpikir tentang bagaimana di negara-negara demokratis, orang boleh percaya kepada Tuhan secara bebas, dan seluruh keluarga dapat berkumpul bersama dan menyembah Tuhan—sungguh suatu kebahagiaan!
Dia membaca sesuatu yang ditulis dalam Kotbah dan Persekutuan mengenai Jalan Masuk Kehidupan, “Dunia ini gelap dan jahat, bangsa ini memaksa orang, dan pemerintahnya menganiaya orang. Mereka hanya memungkinkan orang untuk mengikuti jalan yang jahat, dan tidak membiarkan orang untuk mengikuti jalan yang benar. Dengan cara ini umat manusia menjadi rusak dan jahat, dan hal ini merupakan kenyataan yang tidak dapat diubah oleh siapa pun. Jadi, untuk mencari kebenaran dan menerima keselamatan di negara-negara di mana Iblis berkuasa, seseorang ditakdirkan untuk mengalami penganiayaan dan kesengsaraan dalam iman mereka kepada Tuhan. Jika mereka tidak tahan menanggung penderitaan ini, maka tidak ada cara lain bagi mereka untuk percaya kepada Tuhan.” Setelah membaca persekutuan ini, semakin besar kebencian yang bergejolak dalam hatinya terhadap rezim gelap PKT. Di negara yang diperintah oleh PKT, hal-hal jahat seperti perkelahian, pemukulan, pencurian, pembunuhan, dan pembakaran terjadi setiap hari; masyarakat berada dalam kekacauan, rakyat biasa tidak memiliki rasa aman dan pemerintah sama sekali tidak berdaulat. Akan tetapi, terhadap orang-orang yang percaya kepada Tuhan, yang mengikuti Tuhan dan berjalan di jalan yang benar, PKT menaruh kebencian yang mendalam bagi mereka dan tidak ragu-ragu mengerahkan semua kekuatan polisi untuk menangkap dan menganiaya orang-orang Kristen–PKT membiarkan orang berjalan di jalan kejahatan, bukannya di jalan kehidupan yang benar. Orang ditakdirkan untuk menanggung sakitnya penganiayaan dan kesulitan jika mereka percaya kepada Tuhan di negara di mana kejahatan berkuasa. Dia dulunya merupakan bagian dari keluarga yang bahagia, tetapi karena dia percaya kepada Tuhan dan menjalani jalan kehidupan yang benar, dia dianiaya oleh PKT, dia dan istrinya tidak bisa pulang ke rumah mereka sendiri, dan mereka menjadi terpisah dari keluarga mereka. Mereka hidup dalam kecemasan dan kerinduan selama berhari-hari dan bermalam-malam yang tak terhitung jumlahnya, dan semua kesakitan ini telah disebabkan oleh pemerintah Tiongkok. Setelah tiba pada pemahaman ini, imannya untuk mengikuti Tuhan terpicu—seberapa pun parahnya PKT mungkin akan menganiaya dia, dia akan mengikuti Tuhan sampai akhir.
Istrinya Ditangkap, dan Firman Tuhan Memberikan Iman kepadanya Selama Dia Lemah
Gerejanya dan gereja yang dihadiri istrinya tidak jauh dari satu sama lain, dan dia dapat menghadiri pertemuan gereja yang sama dengan istrinya setiap dua hingga empat minggu sekali, sehingga hal ini membantunya agar tidak terlalu khawatir akan istrinya.
Pada bulan Juli 2017, pemerintah Tiongkok meluncurkan “Operasi Angin Musim Gugur,” di mana polisi serta polisi bersenjata setempat dikerahkan di semua daerah di negara tersebut sementara mereka memulai kembali serangkaian penangkapan dan penganiayaan yang hiruk-pikuk secara besar-besaran terhadap orang-orang Kristen dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, yang berakibat kepada penangkapan banyak saudara-saudari. Suatu malam, polisi berjaga-jaga di dekat rumah di mana istrinya tinggal untuk sementara. Istrinya baru saja pulang ke rumah setelah melakukan tugasnya di gereja ketika dia ditangkap oleh polisi. Ketika dia mendengar berita bahwa istrinya telah ditangkap, dia merasa seperti disambar petir di siang bolong; air mata mengaburkan matanya, dan dia terus berdoa dan berseru memanggil Tuhan di dalam hatinya. Butuh waktu lama baginya untuk mampu kembali menguasai dirinya.
Ketika kembali ke rumah saudara yang mengundangnya tinggal bersama, hatinya terasa berat dan mau tidak mau dia merasa khawatir: PKT menggunakan cara-cara yang amat kejam seperti Iblis. Siksaan mengerikan apa yang akan mereka berikan pada istriku? Istriku sangat lemah. Bisakah dia menanggung perlakuan biadab mereka? Memikirkan hal-hal ini, dia merasa sakit hati dan tertekan, dan menangis tersedu-sedu. Dia buru-buru berdoa kepada Tuhan, “Ya Tuhan, istriku telah ditangkap lagi dan aku merasa sangat terluka dan lemah. Aku tidak bisa mengatasi semuanya ini sendiri. Tolong tuntun aku dan berikan kepadaku iman dan kekuatan. Aku ingin mempercayakan istriku sepenuhnya ke dalam tangan-Mu. Semoga Engkau melindunginya sehingga dia dapat menjadi kesaksian bagi-Mu.”
Setelah itu, dia melihat firman Tuhan ini, “Mungkin engkau semua ingat firman ini: ‘Sebab penderitaan ringan kami, yang hanya sementara, mengerjakan bagi kami kemuliaan yang lebih besar dan kekal.’ … Firman ini adalah apa yang akan Tuhan genapi di akhir zaman. Dan firman ini akan digenapi atas diri mereka yang sangat menderita oleh karena si naga merah besar di tanah tempat ia berada. Naga merah besar menganiaya Tuhan dan merupakan musuh Tuhan, jadi di negeri ini, orang-orang yang percaya kepada Tuhan menjadi sasaran penghinaan dan penganiayaan. Itu sebabnya firman ini akan menjadi nyata di tengah-tengahmu. … Ini juga merupakan suatu unsur penderitaan. Sangatlah sulit bagi Tuhan untuk melaksanakan pekerjaan-Nya di negeri si naga merah besar, tetapi melalui kesulitan itu Tuhan melakukan tahap pekerjaan-Nya untuk menyatakan hikmat dan perbuatan-Nya yang menakjubkan. Tuhan memakai kesempatan ini untuk menyempurnakan sekelompok orang ini.” Firman Tuhan memberikannya kekuatan. Dia mengerti bahwa Tuhan sedang bekerja di negara ateis Tiongkok pada akhir zaman, dan bahwa Dia menggunakan penganiayaan dan penangkapan oleh PKT untuk memungkinkan orang-orang mengenali esensi Iblis pemerintah Tiongkok dalam penolakan mereka terhadap Tuhan, dalam arti bahwa pemerintah Tiongkok melakukan semua yang mereka bisa untuk mengganggu dan menghancurkan pekerjaan Tuhan, dan berusaha untuk menyapu bersih manusia. Tuhan sedang melakukan pekerjaan ini agar orang-orang dapat benar-benar menolak PKT dan meninggalkannya. Pada saat yang sama, Tuhan menggunakan situasi keji penganiayaan yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok terhadap orang Kristen untuk mencobai dan menguji setiap orang. Semua yang tidak dihancurkan oleh kekuatan jahat PKT, yang gigih dalam iman mereka, yang melakukan tugas mereka dan mengejar kebenaran, yang masih tetap menjadi kesaksian bagi Tuhan bahkan jika mereka ditangkap, dihukum dan disiksa secara kejam, mereka ini adalah kelompok pemenang yang disempurnakan oleh Tuhan, dan melalui tindakan mereka, mereka mengalahkan Iblis dan memuliakan Tuhan. Dia memikirkan banyak saudara-saudari yang sedang disiksa oleh polisi PKT, yang tidak akan pernah mengkhianati Tuhan, bahkan jika hanya tersisa satu napas terakhir saja pada nyawa mereka, mereka yang memperoleh bimbingan dari firman Tuhan dan dengan demikian menyaksikan perbuatan Tuhan yang menakjubkan dan memberikan kesaksian kemenangan tentang Tuhan.
Terlebih lagi, Tuhan Yesus telah berfirman, “Dan jangan takut kepada mereka yang membunuh tubuh, tetapi tidak mampu membunuh jiwa: sebaliknya, takutlah kepada Dia yang mampu menghancurkan tubuh dan jiwa di neraka” (Matius 10:28). Kehidupan manusia ada di tangan Tuhan dan kematian tubuh tidak perlu ditakuti, pikirnya. Polisi PKT hanya bisa menghancurkan tubuh manusia, tetapi mereka tidak bisa mengubah tekad seseorang yang benar-benar percaya untuk mengikuti Tuhan. Firman Tuhan dan pengalaman saudara-saudari yang telah dianiaya memberikannya iman dan kekuatan untuk melakukan pertempuran dengan Iblis sampai akhir. Dia ingin mempercayakan istrinya sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan dan memandang kepada-Nya, dan dia bertekad untuk menanggung kesulitan ini untuk mengejar kebenaran dan menghidupi kehidupan yang bermakna untuk mempermalukan Iblis, apa pun penganiayaan atau kesengsaraan yang menimpanya, dan seberapa pun banyaknya yang harus dia derita!
Dengan Kebencian yang Sangat Dalam terhadap Iblis, Dia Bertekad untuk Mengikuti Tuhan Tanpa Ragu
Suatu hari, dia menerima surat dari putranya yang mengatakan bahwa, karena dia dan istrinya telah melarikan diri dari rumah mereka, polisi sering datang untuk menanyai putranya dengan saksama, mengatakan hal-hal seperti, “Apakah ayahmu sudah pulang ke rumah? Apakah kamu tahu di mana dia? Berapa nomor ponselnya? Jika ayahmu kembali, langsung hubungi kami!” Mereka juga telah memasang kamera HD di pintu rumahnya, dan ponsel kerabat mereka semuanya dipantau. Putranya meminta agar dirinya sama sekali tidak menelepon atau pun pulang ke rumah. Surat itu selanjutnya mengatakan bahwa istrinya telah dijatuhi hukuman tiga tahun penjara dan didenda 10.000 yuan. Selama istrinya dipenjara, ibu mertuanya telah jatuh sakit karena merasa cemas dan ketakutan setiap hari, lalu meninggal dunia. Kebenciannya semakin besar ketika mengetahui bahwa beberapa polisi telah mengenakan pakaian biasa untuk berbaur dengan para pelayat, berharap untuk dapat menangkapnya seandainya dia datang ke pemakaman tersebut.
Ketika membaca surat itu, hatinya seperti disayat-sayat dengan pisau dan air matanya jatuh tak terkendali. Istrinya telah dijatuhi hukuman tiga tahun penjara, mengalami penderitaan yang tak terpikirkan. Dan ibu mertuanya juga telah meninggal—mampukah ayah mertuanya menerima pukulan seberat ini? Dan seberapakah besarnya kesedihan putranya? Keluarganya tiba-tiba hancur berantakan seperti ini … Dia benar-benar harus pulang untuk menjenguk putra dan mertuanya, yang sama-sama belum pernah dilihatnya selama bertahun-tahun. Namun ketika dia memikirkan bagaimana PKT telah memasang kamera pengintai di pintu rumahnya, dia tahu dia akan mengalami resiko ditangkap begitu kembali ke rumahnya. Ini hanya akan menyebabkan putranya dan ayah mertuanya merasa sedih dan khawatir baginya, jadi dia harus menyingkirkan gagasannya untuk pulang ke rumah. Dihadapkan dengan fakta-fakta situasi ini, dia sekali lagi melihat betapa jahat dan tercelanya PKT; mereka tidak hanya menimpakan kekejaman terhadap istrinya, mereka juga masih tetap mengejarnya, menunggu tibanya kesempatan untuk menangkapnya. Benar-benar tidak ada kedamaian dalam hidupnya.
Tidak ada cara untuk menghitung semua rasa sakit dan pukulan yang telah diberikan PKT kepada seluruh keluarganya; apalagi tidak ada cara untuk menyembuhkan luka-luka batinnya. Kebenciannya terhadap PKT telah merasuk sampai ke tulang sumsumnya. Dia membaca firman Tuhan ini: “Ribuan tahun kebencian berkumpul di hati, dosa ribuan tahun tertulis di hati—bagaimana ini tidak melahirkan kebencian? Tuhan yang membalas dendam, menghancurkan seluruh musuh-Nya, tidak membiarkannya mengacau lebih lama lagi, dan tidak lagi membiarkannya berulah seperti yang diinginkannya! Sekaranglah waktunya: Manusia sudah lama mengumpulkan kekuatannya, mendedikasikan usahanya, membayar harga, untuk ini, untuk menyingkapkan wajah Iblis dan membuat orang-orang, yang selama ini dibutakan dan mengalami segala penderitaan dan kesulitan agar bangkit dari rasa sakit mereka dan meninggalkan si Iblis tua yang jahat ini.” Firman Tuhan menyuarakan akumulasi keluhan di dalam hatinya, dan menguatkan tekadnya untuk meninggalkan Iblis PKT. Iman manusia kepada Tuhan dan penyembahan manusia kepada Tuhan, serta usaha manusia untuk menempuh jalan kehidupan yang benar adalah hukum surgawi dan prinsip duniawi, namun para iblis PKT dengan panik mengejar, menangkap dan menganiaya orang percaya, dengan melanggar hukum mereka memenjarakan dan menyiksa orang-orang Kristen dan menyebabkan begitu banyak orang mengungsi dari rumah mereka, menyebabkan keluarga-keluarga terpisah, dan menyebabkan banyak orang hidup sebagai gelandangan. Namun PKT tetap saja memutar-balikkan fakta dan mengarang rumor untuk menjelek-jelekkan orang Kristen, mengatakan bahwa orang-orang yang percaya kepada Tuhan telah meninggalkan keluarga mereka, dan hal ini mengakibatkan para tetangga dan teman baik yang bukan Kristen mengejek, memfitnah, dan menolak orang Kristen, membuat mereka menjadi sama jahatnya dengan PKT. Dia memikirkan bagaimana keadaannya di masa lampau, begitu damai dan bahagia, ketika dia bisa membaca firman Tuhan bersama istrinya, berbagi kehidupan bersama dan mengejar tujuan yang sama, ketika dia merasa bahagia. Namun demikian, sekarang rumah tangganya yang begitu indah telah dihancurkan di bawah kekuasaan Iblis pemerintah Tiongkok, dan istrinya berada di penjara di bawah cengkeraman polisi jahat PKT, menderita penganiayaan dan penyiksaan—mampukah dia tidak membenci mereka?
Dia memikirkan tentang bagian lain dari firman Tuhan: “Mengapa engkau tidak memberikannya ke tangan-Ku? Apakah engkau tidak cukup percaya pada-Ku? Atau apakah engkau takut Aku akan membuat pengaturan yang tidak pantas bagimu?” Di bawah bimbingan firman Tuhan ini, dia menjadi paham bahwa Tuhan mengatur dan menyediakan kehidupan bagi setiap orang, bahwa Tuhan mengendalikan nasib setiap orang, dan bahwa kekhawatirannya tidak perlu, karena Tuhan telah membuat pengaturan yang terbaik. Dia mempercayakan istrinya yang dipenjara kepada Tuhan, dan berdoa kepada Tuhan untuk membimbing istrinya agar mampu memberikan kesaksian kemenangan tentang Tuhan di tengah penganiayaan PKT. Sedangkan untuk dirinya sendiri, dia memiliki firman Tuhan untuk menemaninya, dan situasi sulit yang dijalaninya telah membawa hatinya lebih dekat kepada Tuhan. Akhirnya, dia juga bisa mempercayakan putra dan ayah mertuanya kepada Tuhan.
Penganiayaan dari pemerintah Tiongkok yang menimpa mereka telah merobek keutuhan keluarganya tanpa ampun. Namun firman Tuhan telah menghubungkan dia dan keluarganya bersama secara erat, dan dia berhasil membuat keputusan: dia bertekad untuk mengikuti Tuhan seberapa pun parahnya segala sesuatu di masa depan! Bahkan jika suatu hari nanti dia ditangkap dan dipenjarakan, dia tidak akan pernah mengeluh dan tidak akan pernah menyesal!
Oleh Saudara Shangjin, Tiongkok

Sumber Artikel dari "Belajar Alkitab"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Akhirnya saya menemukan jalan keluar dari kekeringan rohani(I)

Oleh Endai, Korea Selatan Aku Bertemu dengan Tuhan untuk Pertama Kalinya dan Aku Mengalami Kedamaian dan Sukacita Pada tahun 2010, ak...