28 Agu 2019

Tuhan Bermaksud Menghancurkan Dunia dengan Banjir. Memerintahkan Nuh untuk Membangun Bahtera

Bangun Bahtera, Nuh,
(Kej 6:9-14) Inilah kisah Nuh. Nuh adalah orang yang benar dan tidak bercela di dalam generasinya, dan Nuh berjalan bersama Tuhan. Nuh memiliki tiga anak, Sem, Ham, dan Yafet. Namun bumi sudah rusak di hadapan Tuhan dan penuh dengan kekerasan. Tuhan memandang bumi itu dan melihat bumi memang sudah rusak, karena semua manusia sudah berdosa dalam cara hidupnya di bumi. Lalu Tuhan berfirman kepada Nuh: “Akhir semua makhluk hidup sudah ada di hadapan-Ku; karena bumi penuh dengan kekerasan oleh mereka, maka Aku akan menghancurkan mereka bersama-sama dengan bumi. Buatlah sebuah bahtera dari kayu gofir; petak-petak ruang haruslah engkau buat di dalamnya dan engkau harus melapisinya dari luar dan dari dalam dengan pakal.”
(Kej 6:18-22) Tetapi dengan engkau Aku akan menetapkan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu, yaitu engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan istrimu, dan istri anak-anakmu. Dan dari segala makhluk yang hidup, satu pasang dari tiap jenis haruslah engkau bawa ke dalam bahtera itu, supaya hidup mereka tetap terpelihara bersama engkau; mereka haruslah jantan dan betina. Dari segala jenis burung, dan segala jenis ternak, dari segala jenis binatang melata di bumi, masing-masing satu pasang harus datang kepadamu, supaya hidup mereka tetap terpelihara. Dan bawalah bersamamu segala yang bisa engkau makan, dan engkau harus mengumpulkannya untuk menjadi makanan bagimu dan makanan mereka. Itulah yang dilakukan Nuh, tepat seperti yang Tuhan perintahkan, demikianlah dilakukannya.
Pada zaman itu, Tuhan bermaksud memanggil Nuh untuk melakukan hal yang sangat penting. Mengapa Ia harus melakukannya? Karena Tuhan punya rencana di hati-Nya pada saat itu. Rencana-Nya adalah menghancurkan dunia dengan menggunakan banjir. Mengapa menghancurkan dunia? Dikatakan di sini: “Bumi sudah rusak di hadapan Tuhan dan penuh dengan kekerasan.” Apa yang engkau lihat dari frasa “bumi penuh dengan kekerasan”? Ini adalah sebuah fenomena di bumi ketika dunia dan orang-orang di dalamnya sudah sedemikian rusaknya hingga ke tingkat yang ekstrem, dan itulah yang dimaksud dengan: “bumi penuh dengan kekerasan.” Dalam bahasa zaman sekarang, “penuh dengan kekerasan” artinya segala sesuatu dalam keadaan kacau balau. Bagi manusia, itu berarti di semua lapisan masyarakat tidak ada lagi ketertiban, dan segala sesuatunya kacau dan sulit untuk dikelola. Di mata Tuhan, itu berarti orang-orang di dunia sudah terlalu rusak. Rusak sampai sejauh mana? Sedemikian rusaknya sampai-sampai Tuhan tidak tahan lagi untuk melihatnya dan tidak dapat lagi bersabar tentang hal itu. Sedemikian rusaknya sampai-sampai Tuhan memutuskan untuk menghancurkannya. Setelah Tuhan berketetapan untuk menghancurkan dunia, Ia berencana menemukan seseorang untuk membangun bahtera. Kemudian Tuhan memilih Nuh untuk melakukan hal ini, yaitu meminta Nuh untuk membangun bahtera. …
Bahwa Nuh dipanggil adalah fakta yang sederhana, tetapi poin utama dari apa yang kita bicarakan─watak Tuhan, kehendak-Nya dan esensi-Nya dalam catatan ini─tidaklah sederhana. Untuk memahami beberapa aspek tentang Tuhan ini, pertama-tama kita harus memahami jenis orang seperti apa yang ingin Tuhan panggil, dan melalui ini kita memahami watak, kehendak dan esensi-Nya. Ini sangat penting. Jadi di mata Tuhan, orang jenis apakah yang Ia panggil? Orang ini haruslah seseorang yang dapat mendengarkan firman-Nya, yang dapat mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya. Pada saat yang sama, orang ini haruslah juga seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab, seseorang yang akan melaksanakan firman Tuhan dan menganggapnya sebagai tanggung jawab dan kewajiban yang harus mereka penuhi. Lalu, apakah orang ini harus seseorang yang mengenal Tuhan? Tidak. Pada waktu itu, Nuh belum mendengar terlalu banyak pengajaran Tuhan atau mengalami pekerjaan Tuhan apa pun. Oleh karena itu, pengetahuan Nuh akan Tuhan sangat sedikit. Walaupun dicatat di sini bahwa Nuh berjalan bersama Tuhan, apakah ia pernah melihat pribadi Tuhan? Jawabannya, tidak! Karena pada waktu itu, hanya utusan Tuhan yang datang kepada manusia. Meskipun mereka dapat mewakili Tuhan dengan mengatakan dan melakukan berbagai hal, mereka hanya menyampaikan kehendak dan maksud Tuhan. Pribadi Tuhan tidak diungkapkan kepada manusia dengan berhadapan muka. Di bagian kitab suci ini, semua yang pada dasarnya kita lihat adalah apa yang orang ini, yaitu Nuh, harus lakukan dan apa yang diperintahkan oleh Tuhan kepadanya. Jadi, apa esensi yang Tuhan ungkapkan di sini? Segala sesuatu yang Tuhan lakukan direncanakan dengan tepat. Ketika Ia melihat sesuatu atau situasi yang terjadi, akan ada standar untuk mengukur di mata-Nya, dan standar ini akan menentukan apakah Ia akan memulai sebuah rencana untuk berurusan dengan hal itu atau bagaimana untuk memperlakukan hal dan situasi tersebut. Ia tidak bersikap acuh tak acuh atau tidak berperasaan terhadap segala sesuatu. Sebenarnya, justru sebaliknya. Ada ayat di sini di mana Tuhan berkata kepada Nuh: “Akhir semua makhluk hidup sudah ada di hadapan-Ku; karena bumi penuh dengan kekerasan oleh mereka, maka Aku akan menghancurkan mereka bersama-sama dengan bumi.” Di dalam firman Tuhan saat ini, apakah Ia berkata bahwa Ia akan menghancurkan hanya manusia? Tidak! Tuhan berkata Ia akan menghancurkan semua makhluk hidup dari daging. Mengapa Tuhan menginginkan kehancuran? Ada penyingkapan lain dari watak Tuhan di sini: Di mata Tuhan, ada batas untuk kesabaran-Nya terhadap kerusakan manusia, terhadap kenajisan, kekerasan dan ketidaktaatan semua manusia. Apakah batas-Nya? Batas-Nya seperti yang Tuhan katakan: “Tuhan memandang bumi itu dan melihat bumi memang sudah rusak, karena semua manusia sudah berdosa dalam cara hidupnya di bumi.” Apa yang dimaksud dengan frasa “karena semua manusia sudah berdosa dalam cara hidupnya di bumi.”? Artinya semua makhluk hidup, termasuk mereka yang mengikuti Tuhan, mereka yang memanggil nama Tuhan, mereka yang pernah mengorbankan korban bakaran kepada Tuhan, mereka yang secara lisan mengakui Tuhan dan bahkan memuji Tuhan─begitu perilaku mereka penuh dengan kerusakan dan terlihat oleh Tuhan, Ia harus menghancurkan mereka. Itulah batas Tuhan. Jadi sampai sejauh mana Tuhan tetap bersabar terhadap manusia dan kerusakan semua manusia? Sampai sejauh semua orang, entah pengikut Tuhan atau orang tidak percaya, tidak lagi berjalan di jalan yang benar. Sampai sejauh manusia tidak hanya rusak secara moral dan penuh dengan kejahatan, tetapi juga tak seorang pun percaya akan keberadaan Tuhan, tak seorang pun percaya bahwa dunia ini diatur oleh Tuhan dan bahwa Tuhan dapat memberikan cahaya dan jalan yang benar bagi manusia. Sampai sejauh manusia meremehkan keberadaan Tuhan dan tidak mengizinkan Tuhan ada. Begitu kerusakan manusia mencapai titik ini, Tuhan tidak akan bersabar lagi. Apa yang akan menggantikan kesabarannya? Datangnya murka Tuhan dan hukuman Tuhan. Bukankah ini adalah sebagian penyingkapan dari watak Tuhan? Di zaman sekarang ini, apakah masih ada orang yang benar di mata Tuhan? Apakah masih ada manusia yang sempurna di mata Tuhan? Apakah zaman ini adalah zaman di mana perilaku semua manusia di bumi rusak di mata Tuhan? Di zaman sekarang ini, selain mereka yang ingin Tuhan sempurnakan, mereka yang dapat mengikuti Tuhan dan menerima keselamatan-Nya, bukankah semua manusia yang terbuat dari daging sedang menantang batas kesabaran Tuhan? Bukankah segala sesuatu yang terjadi di sampingmu, yang engkau lihat dengan matamu dan dengar dengan telingamu, dan yang secara pribadi engkau alami setiap hari di dunia ini penuh dengan kekerasan? Di mata Tuhan, bukankah dunia seperti ini, zaman seperti ini, seharusnya sudah diakhiri? Meskipun latar belakang zaman sekarang sepenuhnya berbeda dengan latar belakang di zaman Nuh, perasaan dan murka Tuhan terhadap kerusakan manusia tetap sama persis seperti pada waktu itu. Tuhan sanggup bersabar oleh karena pekerjaan-Nya, tetapi berdasarkan segala macam keadaan dan kondisi, dunia ini seharusnya sudah dihancurkan sejak lama di mata Tuhan. Situasinya jauh dan melampaui situasi di masa lalu ketika dunia dihancurkan oleh banjir.
……
Dalam keadaan seperti ini, apa yang paling Tuhan pedulikan? Sama sekali bukan bagaimana mereka yang tidak mengikuti Dia atau mereka yang menentang Dia, memperlakukan-Nya atau menentang-Nya, atau bagaimana umat manusia memfitnah-Nya. Ia hanya peduli tentang apakah mereka yang mengikuti-Nya, objek keselamatan-Nya dalam rencana pengelolaan-Nya, telah disempurnakan oleh-Nya, apakah mereka telah mencapai kepuasan hati-Nya. Mengenai orang-orang selain mereka yang mengikuti Dia, Ia hanya sesekali saja memberi mereka sedikit hukuman untuk menyatakan murka-Nya. Misalnya: tsunami, gempa bumi, letusan gunung berapi, dan lain sebagainya. Pada saat yang sama, Ia juga sangat melindungi dan menjaga mereka yang mengikuti Dia dan yang akan diselamatkan oleh-Nya. Watak Tuhan adalah ini: Di satu sisi, Ia dapat memberikan kesabaran dan ketahanan yang luar biasa kepada orang-orang yang bermaksud Ia sempurnakan, dan menunggu mereka selama mungkin. Di sisi lain, Tuhan teramat sangat membenci orang-orang tipe Iblis yang tidak mengikuti Dia dan yang menentang Dia. Meskipun Dia tidak peduli apakah orang-orang tipe Iblis ini mengikuti-Nya atau menyembah-Nya, Ia tetap membenci mereka sementara bersabar bagi mereka di dalam hati-Nya, dan manakala Ia menentukan kesudahan dari orang-orang tipe Iblis ini, Ia juga menantikan tibanya langkah-langkah dalam rencana pengelolaan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Akhirnya saya menemukan jalan keluar dari kekeringan rohani(I)

Oleh Endai, Korea Selatan Aku Bertemu dengan Tuhan untuk Pertama Kalinya dan Aku Mengalami Kedamaian dan Sukacita Pada tahun 2010, ak...