29 Agu 2019

Berkat Tuhan bagi Nuh Setelah Air bah

Berkat Tuhan bagi Nuh, Misteri Alkitab, Nuh,
(Kej 9:1-6) Lalu Tuhan memberkati Nuh dan anak-anaknya dan berfirman kepada mereka, “Beranakcuculah, bertambah banyak, dan penuhilah bumi. Segala binatang di bumi dan segala burung di udara, dan segala yang bergerak di bumi dan segala ikan di laut akan takut dan gentar terhadapmu; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. Segala yang bergerak yang hidup akan menjadi makanan bagimu; dan juga tumbuhan hijau Aku berikan kepadamu. Tetapi daging yang masih ada nyawanya, yaitu darahnya, jangan engkau makan. Namun mengenai darahmu, yaitu nyawamu, Aku akan menuntutnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari tangan manusia, Aku akan menuntutnya, dari setiap tangan saudaranya, Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang menumpahkan darah manusia, ia harus membayar dengan menumpahkan darahnya sendiri; karena manusia diciptakan menurut gambar Tuhan.”
……
Setelah Nuh menerima perintah Tuhan dan membangun bahtera dan hidup selama berhari-hari selama Tuhan menggunakan air bah untuk menghancurkan dunia, seluruh keluarganya yang terdiri dari delapan orang selamat. Selain keluarga Nuh yang terdiri dari delapan orang, seluruh umat manusia dihancurkan, dan semua makhluk hidup di bumi dihancurkan. Kepada Nuh, Tuhan memberinya berkat, dan mengatakan beberapa hal kepadanya dan anak-anaknya. Hal-hal inilah yang Tuhan berikan kepadanya dan juga merupakan berkat Tuhan baginya. Ini adalah berkat dan janji yang Tuhan berikan kepada seseorang yang bisa mendengarkan Dia dan menerima perintah-Nya, dan juga cara Tuhan untuk menghargai manusia. Artinya, terlepas dari apakah Nuh adalah seorang yang sempurna atau seorang yang benar di mata Tuhan, dan terlepas dari seberapa banyak ia mengetahui tentang Tuhan, singkatnya, Nuh dan ketiga anaknya, semuanya mendengarkan firman Tuhan, berkoordinasi dengan pekerjaan Tuhan, dan melakukan apa yang harus mereka lakukan sesuai dengan perintah Tuhan. Sebagai hasilnya, mereka membantu Tuhan untuk mempertahankan manusia dan berbagai jenis makhluk hidup setelah kehancuran dunia oleh air bah, memberi kontribusi yang sangat besar dalam rencana pengelolaan Tuhan selanjutnya. Karena segala sesuatu yang sudah dilakukannya, Tuhan memberkatinya. Mungkin bagi manusia zaman sekarang, apa yang Nuh lakukan tidak layak bahkan untuk disebut-sebut. Bahkan sebagian orang mungkin mengira: Nuh tidak melakukan apa-apa; Tuhan telah memutuskan untuk mempertahankan hidupnya, jadi ia pasti bertahan hidup. Kelangsungan hidupnya bukan karena dirinya. Inilah yang Tuhan inginkan untuk terjadi, karena manusia itu pasif. Namun, bukan itu yang Tuhan pikirkan. Bagi Tuhan, tidak soal apakah seseorang itu besar atau tidak penting, selama mereka dapat mendengarkan Dia, menaati perintah-Nya, melakukan apa yang Ia percayakan, dan dapat bekerja sama dengan pekerjaan, kehendak, dan rencana-Nya, sehingga kehendak dan rencana-Nya dapat diselesaikan dengan lancar, maka perilaku tersebut layak untuk diingat oleh-Nya dan layak untuk menerima berkat-Nya. Tuhan menghargai orang-orang semacam itu, dan Ia menghargai tindakan, cinta, dan kasih sayang mereka kepada-Nya. Inilah sikap Tuhan. Jadi mengapa Tuhan memberkati Nuh? Karena inilah cara Tuhan memperlakukan tindakan dan ketaatan manusia semacam itu.
Berkenaan dengan berkat Tuhan kepada Nuh, sebagian orang akan berkata: “Jika manusia mendengarkan dan memuaskan hati Tuhan, maka Tuhan akan memberkatinya. Bukankah memang biasa demikian?” Dapatkah kita berkata seperti itu? Sebagian orang berkata: “Tidak.” Mengapa kita tidak dapat berkata seperti itu? Sebagian orang berkata: “Manusia tidak layak untuk menikmati berkat Tuhan.” Itu tidak sepenuhnya benar. Karena ketika seseorang menerima apa yang Tuhan percayakan, Tuhan punya standar untuk menilai apakah tindakan orang itu baik atau buruk, apakah orang itu sudah menaati, apakah orang itu sudah memuaskan kehendak Tuhan dan apakah yang mereka kerjakan itu memenuhi syarat. Yang Tuhan pedulikan adalah hati manusia, bukan tindakan mereka di permukaan. Masalahnya bukan bahwa Tuhan harus memberkati seseorang selama mereka mau melakukannya, terlepas dari bagaimana mereka melakukannya. Ini adalah kesalahpahaman orang tentang Tuhan. Tuhan tidak hanya memandang hasil akhir dari sesuatu, tetapi lebih menekankan pada bagaimana hati orang tersebut dan bagaimana sikapnya selama perkembangan dari hal tersebut, dan memandang apakah ada ketaatan, pertimbangan dan keinginan untuk memuaskan Tuhan di hati mereka. Seberapa banyak Nuh mengenal Tuhan pada waktu itu? Apakah sebanyak doktrin yang engkau semua ketahui sekarang? Dari segi aspek kebenaran seperti konsep dan pengetahuan akan Tuhan, apakah ia menerima siraman dan penggembalaan sebanyak yang engkau semua terima? Tidak! Namun, ada satu fakta yang tidak dapat disangkal: Dalam kesadaran, pikiran, dan bahkan kedalaman hati orang-orang zaman sekarang, konsep dan sikap mereka terhadap Tuhan kabur dan ambigu. Engkau semua bahkan bisa mengatakan bahwa sebagian orang memiliki sikap negatif terhadap keberadaan Tuhan. Namun, di dalam hati dan kesadaran Nuh, keberadaan Tuhan adalah mutlak dan tanpa keraguan, dan dengan demikian ketaatannya kepada Tuhan pun murni dan bisa bertahan dalam ujian. Hatinya murni dan terbuka kepada Tuhan. Ia tidak perlu terlalu banyak pengetahuan tentang doktrin demi meyakinkan dirinya untuk mengikuti setiap firman Tuhan, juga tidak membutuhkan banyak fakta untuk membuktikan keberadaan Tuhan, sehingga ia dapat menerima apa yang Tuhan percayakan dan mampu melakukan apa pun yang Tuhan perintahkan kepadanya. Inilah perbedaan mendasar antara Nuh dan manusia zaman sekarang, dan juga merupakan definisi yang tepat tentang seperti apakah manusia yang sempurna di mata Tuhan. Yang Tuhan inginkan adalah orang-orang seperti Nuh. Ia adalah tipe orang yang Tuhan puji, dan juga jenis orang yang Tuhan berkati. Sudahkah engkau menerima pencerahan dari semua ini? Manusia melihat orang dari luarnya, sementara yang Tuhan lihat adalah hati manusia dan esensi mereka. Tuhan tidak mengizinkan seorang pun bersikap setengah hati atau meragukan Dia, juga tidak mengizinkan orang untuk mencurigai atau menguji Dia dengan cara apa pun. Oleh karena itu, meskipun manusia zaman sekarang berhadapan muka dengan firman Tuhan, atau bisa engkau katakan, berhadapan muka dengan Tuhan, oleh karena sesuatu di lubuk hati mereka, keberadaan hakikat mereka yang rusak dan sikap bermusuhan mereka terhadap Dia, maka mereka telah dihambat dalam kepercayaan mereka yang sejati kepada Tuhan, dan telah dihalangi dalam ketaatan mereka kepada-Nya. Karena hal ini, sangatlah sulit bagi mereka untuk memperoleh berkat yang sama seperti yang Tuhan anugerahkan kepada Nuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Akhirnya saya menemukan jalan keluar dari kekeringan rohani(I)

Oleh Endai, Korea Selatan Aku Bertemu dengan Tuhan untuk Pertama Kalinya dan Aku Mengalami Kedamaian dan Sukacita Pada tahun 2010, ak...