13 Jan 2020

Kesaksian tentang Seorang Kristen yang Berhasil Berhenti dari Judi

Kesaksian iman Kristen, Mengandalkan Tuhan,
Kesaksian Kristen | Kesaksian tentang Seorang Kristen yang Berhasil Berhenti dari Judi

Oleh Saudara Xiaoliang
Catatan Editor: Di setiap jenjang masyarakat, mulai dari pejabat dan kalangan elit sampai ke rakyat biasa yang paling sederhana, siapa pun yang terkena virus judi pasti akan merasa amat kesulitan untuk menghentikannya. Berapa banyak orang yang dulunya kaya tetapi jatuh miskin karena berjudi? Berapa banyak orang yang menjadi bangkrut, keluarga mereka tercabik-cabik, dan akhirnya keluarga mereka hancur? Saudara Xiaoliang telah kecanduan berjudi selama dua dekade, tetapi secara ajaib dia bisa melepaskan diri dari kecanduan tersebut. Bagaimana dia berhasil melakukannya? Mari kita cari jawabannya dalam pengalaman pribadi Saudara Xiaoliang.
Berjudi Membuatku Hancur
Sejak masa kanak-kanak, aku sering mendengarkan ungkapan “berjudi sedikit untuk mencari makan, berjudi banyak agar menjadi kaya.” Juga ada banyak orang di sekitarku yang terobsesi dengan judi, dan tenggelam dalam suasana semacam itu, sehingga tak lama kemudian aku pun juga belajar berjudi dengan harapan untuk memperoleh penghasilan tambahan. Aku mulai memasang taruhan kecil dan tidak menang banyak, tetapi orang-orang di sekitarku terus-menerus mendorongku, mengatakan hal-hal seperti, “Si pemberani mati karena rakus; si penakut mati karena lapar” dan “Engkau harus berinvestasi lebih banyak agar bisa menghasilkan lebih banyak.” Aku juga memperhatikan bahwa ketika orang berjudi lebih banyak, mereka menang lebih banyak, jadi aku akhirnya tergoda. Aku berpikir bahwa jika aku memasang taruhan lebih besar, aku akan menang lebih banyak. Secara bertahap, ukuran taruhanku tumbuh dan kecanduan berjudiku pun tumbuh secara bersamaan. Suatu kali, setelah memasang taruhan demi taruhan, aku kehilangan ratusan yuan. Pada masa itu, ratusan yuan merupakan jumlah yang cukup besar, dan aku sangat kesal. Saat itu hampir Tahun Baru Imlek dan keluargaku membutuhkan uang untuk membeli barang-barang keperluan bagi perayaan tersebut, jadi karena tak punya pilihan lain, aku menjual babi kami satu-satunya. Aku bermaksud membawa pulang uang yang kuperoleh dari rumah penjualan babi untuk membayar barang-barang yang kami perlukan bagi Tahun Baru Imlek, tetapi dalam perjalanan pulang aku bertemu dengan seorang teman, sesama penjudi, yang mengundangku untuk berjudi lagi, dan aku berpikir, “Mengapa tidak mencoba sekali lagi? Aku bahkan mungkin bisa memenangkan kembali kekalahanku sebesar ratusan Yuan tersebut. Dengan begitu, keluargaku tidak akan berada dalam kesulitan keuangan yang parah.” Berpikir seperti itu, aku pergi dengan teman judiku, tidak pulang ke rumah sepanjang hari, dan kehilangan semua uangku. Aku merasa sangat kesal. Aku berpikir, “Apa yang harus kulakukan sekarang? Ini sebenarnya sudah liburan, dan aku bahkan kehilangan semua uang yang kami butuhkan untuk membeli barang-barang keperluan hari raya karena berjudi. Bagaimana kami bisa merayakan Tahun Baru Imlek sekarang?” Aku merasa sangat bersalah dan diam-diam berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah berjudi lagi.
Setelah itu, aku meminjam uang dari seorang teman dan membuka sebuah toko kecil, dan kemudian setelah memiliki tabungan, aku membeli sebuah rumah di daerah pusat pemerintahan propinsi kami. Namun tak lama kemudian aku kehilangan sejumlah besar uang setelah berinvestasi dalam skema licik seorang teman, dan aku berpikir, “Aku telah kehilangan begitu banyak uang dan akan butuh waktu lama untuk mendapatkannya kembali hanya melalui bisnisku sendiri. Semua orang mengatakan bahwa kau bisa kaya dengan memasang taruhan besar, jadi mengapa aku tidak berjudi lagi?” Jadi, aku membeli tiket lotere seharga puluhan ribu yuan, tetapi tidak memenangkan apa pun. Aku frustrasi tetapi masih berkata pada diriku sendiri bahwa jika aku tetap bersikeras melakukan hal tersebut, aku yakin aku akan menjadi kaya. Istriku sering mencoba meyakinkanku untuk berhenti berjudi dengan mengatakan, “Jangan berjudi lagi, mari kita berbisnis secara jujur dan secara bertahap mendapatkan uang kita kembali.” Namun aku tidak mendengarkannya. Aku pikir dengan berjudi, uang kami bisa kembali lebih cepat. Jika kami hanya bekerja secara jujur ​​untuk mendapatkan uang kami kembali, sampai kapan kami harus menunggu? Melihat bahwa aku tidak menerima nasihatnya, dengan frustrasi dan marah istriku berkata, “Bagaimana kita bisa bertahan hidup jika kamu terus berjudi seperti ini?” Aku merasa bahwa istriku tidak memahamiku sama sekali dan aku berkata dengan tidak sabar, “Tak bisakah kau melihat bahwa aku melakukan ini untuk keluarga kita? …” Jadi, aku dan istriku mulai bertengkar karena kebiasaan berjudiku sepanjang waktu, dan rumah kami yang dulunya damai tidak lagi seperti itu. Namun setelah itu, aku tidak hanya gagal menghasilkan uang lagi dari berjudi, aku malah berakhir dengan lebih banyak hutang. Dihadapkan dengan para pemberi pinjaman yang mengejar keluarga kami, panggilan telepon terus-menerus dari bank, dan para penagih hutang swasta yang menuntut kami untuk membayar bunga, aku merasa kewalahan. Pada titik itu, aku sudah kehilangan semua aset kecuali rumahku. Satu-satunya benda berharga yang dimiliki keluargaku adalah kalung emas istriku. Dalam keputusasaanku, aku tidak punya pilihan selain mengambil kalung tersebut dan menggadaikannya. Tak tahan rasanya aku melihat ekspresi kecewa dan tak berdaya pada wajah istriku, dan diam-diam aku bersumpah pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah berjudi lagi. Niat awalku adalah menggunakan uang itu untuk membayar bunga bank, tetapi dalam perjalanan aku bertemu dengan seorang teman berjudi, dan aku hampir ditariknya berjudi lagi, tetapi aku berpikir, “Aku telah kehilangan banyak uang, dan aku sudah menggadaikan kalung emas istriku. Aku tidak bisa berjudi lagi.” Namun kemudian hal ini terjadi padaku, “Mengapa aku tidak mencoba sekali lagi? Mungkin keberuntunganku akan berubah kali ini, dan aku akan menghasilkan cukup banyak uang untuk membayar hutang tersebut.” Aku tidak bisa menahan diri—aku kembali ke rumah judi, dan setelah kehilangan uang hasil menggadaikan kalung emas tersebut, hatiku dipenuhi dengan penyesalan. Aku membenci diriku sendiri karena tidak bisa mengendalikan kecanduan berjudiku.
Hidupku berantakan saat itu. Kerabat dan teman-temanku tidak mau berhubungan denganku, dan beberapa dari mereka sengaja menghindari aku karena mereka takut aku akan mencoba meminjam uang dari mereka. Karena tak punya pilihan lain, dengan terpaksa aku menjual rumah yang baru kami tinggali selama tiga tahun untuk melunasi hutang-hutang kami. Ketika kami pindah dari rumah tersebut, aku bisa melihat kecemasan pada wajah istriku, dan aku melihat kekecewaannya terhadapku dari raut wajahnya. Aku merasa tersiksa; air mata penyesalan mengaburkan mataku. Aku membenci diriku sendiri karena telah sedemikian gagal. Aku telah mempertaruhkan dan kehilangan satu-satunya kalung emas istriku, rumah yang kami hasilkan dengan bekerja keras, dan aku telah membuat istri dan anakku menderita bersamaku. Aku gagal sebagai seorang suami dan terutama sebagai seorang ayah. Aku diam-diam bersumpah pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan pernah berjudi lagi. Namun seperti janji-janjiku sebelumnya, setiap kali aku membuat janji tersebut, tak lama kemudian aku melanggarnya lagi. Ketika orang di sekitarku mendesakku, aku selalu berjudi tanpa bisa menguasai diriku sendiri, berharap untuk memenangkan kembali semua uang yang telah aku hilangkan. Namun semakin aku berjudi, semakin banyak aku kehilangan uang, dan pada akhirnya aku terlilit hutang yang luar biasa besar, lebih dari 700.000 yuan.
Suatu hari ketika aku sedang menyeberangi jembatan penyeberangan, aku memikirkan betapa besarnya hutangku. Para kreditor memintaku untuk membayar hutangku kembali setiap hari, tetapi aku tidak akan pernah bisa membayarnya kembali sendiri. … Tekanan berat yang kualami membuatku sengsara, dan aku merasa tidak layak hidup lagi, dan bahwa kematian mungkin akan menjadi pilihan yang lebih baik. Jika aku mati, aku bisa melarikan diri dari segalanya. Namun ketika aku meletakkan kakiku di tepi jembatan dan bersiap untuk melompat, bayangan istri dan anakku melintas di benakku, serta bayangan ibuku yang sudah lanjut usia, dan mau tak mau aku berpikir, “Jika aku mati, beban keluarga sepenuhnya akan menjadi tanggungan istriku, anakku akan menjadi tak berayah, dan ibuku yang sudah lanjut usia akan harus menanggung penderitaan karena menguburkan putranya yang masih muda. Masalah keluarga kami semuanya berasal dari perjudianku. Aku sudah cukup menyakiti mereka. Jika aku melompat dan mengakhiri semuanya, akankah mereka sanggup menanggung pukulan ini? Jika aku melakukan hal ini, bukankah aku semakin tak bertanggung jawab?” Semakin aku berpikir, semakin aku merasa sengsara dan bersalah, dan baru pada saat itulah aku menyingkirkan gagasanku untuk bunuh diri. Namun hutangku yang amat besar, dan rasa malu atas apa yang telah kulakukan pada keluargaku membuatku merasakan tekanan dan kesengsaraan yang luar biasa, dan aku benar-benar tidak mampu membayar kembali semua hutangku, jadi aku hanya bisa menenggelamkan kekhawatiranku dalam alkohol setiap hari. Perlahan-lahan, tubuhku tidak mampu menerima siksaan ini dan menjadi amat lemah, aku kehilangan minat untuk berbisnis, dan aku menghabiskan hari-hariku begitu saja.
Cahaya Muncul di Kegelapan
Tepat pada saat aku kehilangan harapan dalam hidup dan tidak tahu apa yang harus kulakukan, saudari iparku memberitakan Injil Tuhan pada akhir zaman kepadaku dan istriku.
Di kemudian hari, aku melihat firman ini dari Tuhan, “Ada rahasia yang sangat besar di dalam hatimu, yang belum pernah kausadari, karena selama ini engkau hidup dalam dunia tanpa cahaya. Hati dan rohmu telah direnggut oleh si jahat. Matamu dikaburkan oleh kegelapan, dan engkau tidak dapat melihat baik matahari di langit maupun bintang yang berkelap-kelip di malam hari. Telingamu tersumbat oleh kata-kata dusta dan engkau tidak mendengar suara Yahweh yang bergemuruh, maupun suara air terjun yang mengalir dari takhta. Engkau telah kehilangan segala sesuatu yang seharusnya menjadi hak milikmu, semua hal yang telah dianugerahkan Yang Mahakuasa kepadamu. Engkau telah memasuki lautan penderitaan tak bertepi, tanpa kuasa pertolongan, tanpa harapan untuk kembali hidup-hidup, dan satu-satunya yang kaulakukan hanyalah berjuang dan senantiasa bergerak …. Sejak saat itu, engkau ditakdirkan untuk disengsarakan oleh si jahat, dijauhkan dari berkat-berkat Yang Mahakuasa, berada di luar jangkauan pembekalan Yang Mahakuasa, menapaki jalan tanpa bisa kembali” .
Firman Tuhan membangkitkan hatiku yang telah tersesat selama bertahun-tahun. Aku mengerti bahwa alasan kita hidup dalam begitu banyak kesakitan adalah bahwa, setelah meninggalkan pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, tidak ada lagi tempat bagi Tuhan di dalam hati kita, dan karena kita tidak memiliki tuntunan firman Tuhan, kita menjadi rusak dan dicelakai oleh Iblis. Aku memikirkan bagaimana sejak aku kecanduan berjudi, setiap kali aku menang aku hanya ingin menang lebih banyak lagi; jika aku kalah, aku hanya ingin memasang taruhan lagi untuk memenangkan kembali uangku yang telah hilang. Manapun yang kupilih, aku tidak bisa melepaskan diri dari pusaran judi. Pada akhirnya, aku bukan saja kehilangan rumah yang telah kami beli dengan bekerja keras, tetapi juga terlilit hutang yang amat besar. Aku telah menyebabkan seluruh keluargaku menanggung penderitaan bersamaku, yang membuatku semakin merasa cemas dan pahit. Aku malu menghadapi keluargaku, tetapi aku tidak bisa melepaskan diri dari kecanduan berjudiku. Hidupku penuh dengan kesengsaraan, dan aku bahkan ingin mati untuk mengakhiri kesakitan ini. Apa yang diungkapkan oleh firman Tuhan tepat sekali dengan pemandangan menyakitkan yang telah aku hidupi selama bertahun-tahun. Aku terobsesi dengan judi, tersesat, dan hidup berjuang dalam siksaan. Begitu aku memahami semua hal ini, aku bersumpah kepada Tuhan bahwa aku akan beriman, tak akan lagi berjudi dan tak akan membiarkan Iblis terus mencelakai aku.
Sejak saat itu aku aktif berpartisipasi dalam kehidupan bergereja, membaca firman Tuhan, secara bertahap mulai memahami sebagian kebenaran, dan aku mulai merasakan sedikit penghiburan rohani. Aku tidak lagi kecewa dan pesimis atas kehidupanku dan aku merasakan banyak kelepasan dalam hatiku; aku juga benar-benar menghindari judi dan menemukan pekerjaan yang layak sebagai pengemudi ojek. Ini sulit, tetapi hatiku merasa tenang.
Menemukan Akar Obsesiku atas Judi, Perubahan dalam Arah Kehidupanku
Suatu hari ketika melewati toko lotere, aku melihat kerumunan pemain lotere berkerumun menonton; dan sebuah spanduk merah tergantung di atas pintu, yang mengatakan bahwa nama-nama orang ini dan itu telah memenangkan semacam undian di toko tersebut. Melihat hal itu aku benar-benar tergoda. Aku berpikir, “Mengapa tidak mengeluarkan uang beberapa yuan untuk mencoba keberuntunganku? Jika menang, aku bisa memperoleh beberapa ribu yuan.” Tepat ketika aku hendak membeli tiket lotere, tiba-tiba aku ingat bahwa aku telah bersumpah kepada Tuhan untuk tidak pernah berjudi lagi. Jika aku berjudi lagi, bukankah itu tidak jujur? Namun kemudian aku berpikir, “Aku hanya akan membeli satu tiket lotere seharga dua yuan. Tidak mahal. Seharusnya tidak apa-apa. Aku tidak meminta uang jutaan yuan, aku hanya meminta beberapa ribu yuan untuk membeli sepeda motor.” Jadi aku membeli satu tiket lotere, tetapi aku tak bisa menguasai diriku. Aku tidak memenangkan apa pun pada taruhan pertama, jadi aku membeli tiket lotere lagi dan lagi, hingga dalam waktu kurang dari dua jam aku telah menghabiskan lebih dari seratus yuan, uang yang telah kuhasilkan dari bekerja sepanjang hari. Aku merasakan kesedihan dan penyesalan yang mendalam. Aku berpikir, “Itu adalah uang yang kuhasilkan susah payah dengan tenagaku, dan dengan mudahnya aku kehilangan semuanya. Mulai sekarang, apa pun yang terjadi, aku tidak akan berjudi lagi!”
Aku berencana untuk tidak pernah membeli tiket lotere lagi, tetapi keesokan hari dan dua hari berikutnya, setiap kali aku melewati toko lotere itu aku selalu ingin memenangkan kembali uang yang telah kuhilangkan. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak masuk ke dalam toko tersebut. Aku menghabiskan lebih dari lima ratus yuan hanya dalam waktu tiga hari. Melihat uang hasil jerih payahku lenyap begitu saja merupakan hal yang tak tertahankan. Aku menampar wajahku dan membenci diriku sendiri karena gagal lagi. Aku tahu dengan sangat jelas bahwa ini adalah cara Iblis untuk menjebakku dalam penderitaan, jadi mengapa aku tetap membiarkan diriku terjebak? Aku tidak bisa memahaminya. Aku sudah terluka sangat dalam oleh judi, dan aku selalu bersumpah pada diri sendiri bahwa aku akan berhenti membeli tiket lotere, jadi mengapa aku tidak bisa mengatasi hal ini? Mengapa aku selalu terjatuh pada tipu daya Iblis? Setelah pulang ke rumah, aku bergegas berdoa kepada Tuhan, “Tuhan! Aku tidak ingin dicelakai oleh Iblis dan jatuh ke dalam pusaran judi. Hidup seperti ini terlalu menyakitkan, tetapi aku tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi dosaku. Tolong bantulah aku …”
Di kemudian hari, aku membaca firman Tuhan ini, “Tak seorang pun bersedia untuk hidup dalam pemeliharaan dan penjagaan Tuhan. Sebaliknya, mereka malah mau bergantung pada kebusukan Iblis, si jahat, agar bisa menyesuaikan diri dengan dunia ini dan aturan-aturan kehidupan yang diikuti oleh umat manusia yang jahat. Pada titik ini, hati dan roh manusia sudah dipersembahkan sebagai upeti kepada Iblis dan menjadi makanan Iblis. Lebih dari itu, hati dan roh manusia telah menjadi tempat Iblis berdiam dan menjadi tempat bermainnya yang pas” . “Dunia ini tampaknya seperti dunia yang penuh dengan keriangan dan kemegahan, dunia yang semakin menjadi-jadi. Ketika orang melihat dunia, hati mereka tertarik padanya, dan banyak yang tidak dapat melepaskan diri darinya” .
Firman Tuhan yang keras menyayat hatiku seperti pedang yang tajam. Aku merasa seolah-olah firman tersebut merupakan hukuman bagiku. Aku mengerti bahwa aku tidak bisa berhenti berjudi dan bahwa hidupku sangat menyakitkan karena aku telah diracuni terlalu dalam oleh tren jahat Iblis. Aku telah tenggelam dalam muslihat Iblis seperti “berjudi sedikit untuk mencari makan, berjudi banyak agar menjadi kaya,” dan “Si pemberani mati karena rakus; si penakut mati karena lapar,” dan ungkapan ini membuatku merasa bahwa uang yang kuhasilkan terlalu sedikit jika berbisnis secara jujur; jika aku ingin mendapatkan uang banyak, jika aku ingin menjadi kaya dalam waktu semalam, jika aku ingin menjadi kaya raya, aku harus bertaruh, karena itulah satu-satunya cara agar aku bisa menjalani kehidupan yang luar biasa. Jadi, aku mulai bereksperimen dengan judi, dengan sedikit uang pada awalnya, tetapi karena godaan dan desakan dari teman-teman judiku, aku ingin memenangkan lebih banyak uang, jadi aku mulai memasang taruhan yang semakin lama semakin besar, dan semakin aku kalah, semakin aku ingin memenangkan uangku kembali, jadi aku menjadi semakin dalam terperangkap. Aku tidak hanya kehilangan seluruh tabungan keluargaku, aku juga menggadaikan satu-satunya kalung emas istriku, sampai akhirnya kehilangan rumah yang kami beli dengan bekerja sangat keras, dan bahkan masih memiliki hutang yang amat besar, lebih dari 700.000 yuan. Setiap hari merupakan penderitaan yang tak tertahankan, dan aku ingin mati untuk menghindari kesakitan ini. Setelah aku mulai percaya pada Tuhan, dari firman Tuhan aku belajar bahwa tanpa bimbingan Tuhan, kita hidup dalam kesengsaraan di bawah pengaruh Iblis, dan aku juga bersumpah di hadapan Tuhan bahwa aku tidak akan berjudi lagi, tetapi ketika aku melihat orang lain memenangkan hadiah besar karena membeli tiket lotere, aku tidak bisa menahan godaan tersebut, aku membeli tiket lotere walaupun bertentangan dengan keinginanku, dan aku kehilangan uang yang telah kuhasilkan dari jerih payahku mengangkut penumpang. Aku tidak hanya membuat diriku sendiri sengsara, aku membuat Tuhan membenciku. Hal ini karena aku tak bisa melihat dengan jelas bagaimana Iblis menggunakan judi untuk merusak orang, dan karena aku dimanipulasi dan dikendalikan oleh muslihat dan perkataan jahat Iblis, berkali-kali aku melanggar sumpah yang kubuat sendiri, terperangkap dalam jerat Iblis di luar kehendakku, dan dipermainkan dan dicelakai oleh Iblis. Mau tak mau aku berpikir tentang salah satu temanku, yang telah kehilangan segalanya karena judi, menjadi bangkrut, dan harus kembali ke desanya untuk tinggal di sana. Kakak keduaku juga kecanduan berjudi setelah tenggelam dalam tren sosial yang jahat, dan dia sering bertengkar dengan istrinya, menghancurkan keluarganya yang dulunya bahagia dan harmonis. Aku juga punya tetangga yang masih muda, yang telah menghabiskan begitu banyak uang untuk membeli tiket lotere sehingga dia tidak bisa membayar kembali hutang-hutangnya, dan yang akhirnya, dengan putus asa melompat dari lantai tujuh sebuah gedung dan mengakhiri hidupnya sendiri…. Ini semua adalah akibat dicelakai oleh tren jahat Iblis. Iblis menggunakan keinginan manusia untuk menjadi kaya dalam waktu semalam, Iblis juga menggunakan tren jahat lainnya untuk secara bertahap merayu orang agar masuk neraka. Iblis benar-benar jahat dan ganas! Setelah aku memahami hal-hal ini, aku semakin ingin lepas dari cengkeraman tren jahat Iblis dan hidup sesuai dengan firman Tuhan.


Setelah itu, aku membaca bagian lain dari firman Tuhan, “Aku punya banyak keinginan. Aku harap engkau semua bisa membawa diri dengan benar dan bertata krama, setia melakukan tugasmu, memiliki kebenaran dan kemanusiaan“. “Sebagai makhluk ciptaan, engkau tentu saja harus menyembah Tuhan dan mengejar kehidupan yang bermakna. Jika engkau tidak menyembah Tuhan dan tetap hidup dalam daging yang najis, bukankah engkau hanyalah binatang buas yang mengenakan pakaian manusia?” .
Dalam firman Tuhan, aku melihat harapan-Nya bagi kita umat manusia. Tuhan berharap agar kita menang atas kehidupan kita yang penuh kebobrokan, mengejar kebenaran, menyembah Tuhan, melakukan yang terbaik untuk memenuhi tugas kita sebagai makhluk ciptaan dan membayar kembali kasih Tuhan, menjadi orang yang memiliki kebenaran dan kemanusiaan yang normal, dan menjalani kehidupan yang bermakna. Aku memikirkan betapa tenggelamnya aku dalam tren jahat perjudian, dan meskipun aku telah kehilangan semua tabunganku, yang lebih buruk adalah penderitaan rohani yang kurasakan, kehidupan sengsara yang kujalani, dan kerusakan yang tak dapat diperbaiki yang telah kulakukan terhadap keluargaku. Namun sekarang, firman Tuhan telah menunjukkan tujuan dan arah yang harus aku kejar, dan aku ingin menerapkannya sesuai dengan firman Tuhan dan hidup dengan kemanusiaan yang normal. Jadi, aku bersumpah pada diriku sendiri: walaupun melepaskan diri dari kecanduan berjudiku akan sangat sulit dan sangat menyakitkan, aku akan menerapkan kebenaran walau apa pun yang terjadi, bergantung pada Tuhan untuk menghentikan kecanduan berjudiku, dan menghidupi kehidupan yang seharusnya dimiliki oleh orang Kristen. Setelah itu, aku tidak lagi ingin menjadi kaya dengan membeli tiket lotere, dan ketika aku melewati toko lotere tersebut, meskipun aku kadang-kadang tergoda, aku bisa mengatasi godaan itu dengan berdoa kepada Tuhan dan merenungkan firman Tuhan, dan aku bisa merasa tercukupi dengan penghasilanku sebagai pengemudi.
Aku Berhenti Berjudi dan Mendapatkan Kelepasan Rohani dengan Mengandalkan Tuhan
Suatu hari, aku diundang makan malam di rumah seorang teman. Setelah makan, mereka memintaku ikut berjudi. Pada saat itu, duduk di meja judi terasa benar-benar alami bagiku, tetapi tepat ketika aku akan mulai berjudi, aku teringat akan firman Tuhan, “Dunia ini tampaknya seperti dunia yang penuh dengan keriangan dan kemegahan, dunia yang semakin menjadi-jadi. Ketika orang melihat dunia, hati mereka tertarik padanya, dan banyak yang tidak dapat melepaskan diri darinya … Jika engkau tidak berjuang untuk kemajuan, dan tanpa cita-cita, engkau akan tersapu oleh gelombang penuh dosa ini“. Pencerahan dalam firman Tuhan ini langsung membangkitkan aku. Memang benar bahwa semua orang di masyarakat sekarang gelap dan jahat. Iblis menggunakan segala jenis tren jahat untuk merusak dan memangsa orang, dan jika aku tidak dapat melihat melalui tipu daya Iblis, tidak mengejar kemajuan, tidak menerapkan kebenaran, dan tidak meninggalkan dosa, aku akan selamanya dipenjarakan oleh Iblis, dan aku akan terus hidup dalam kebobrokan dan dipermainkan dan dicelakai oleh Iblis. Aku memikirkan betapa sulitnya bagiku untuk akhirnya mampu mengatasi kecanduan berjudiku dan berhenti berjudi dengan mengandalkan bimbingan firman Tuhan, tetapi Iblis masih menolak untuk menyerah. Iblis memakai teman-temanku untuk menggodaku karena Iblis ingin membuatku terus hidup dalam kebobrokan dan mencelakai aku. Iblis tidak akan berhenti sampai dia berhasil menarikku langsung masuk ke neraka. Iblis benar-benar jahat, dan aku tidak bisa membiarkannya menggangguku lagi. Jadi, aku berdoa dalam hati kepada Tuhan, “Tuhan! Aku tidak memiliki kuasa untuk mengatasi dosaku. Aku meminta Engkau memberikan kepadaku kekuatan dalam situasi ini, sehingga aku tidak lagi terjatuh ke dalam rencana jahat Iblis.” Setelah aku berdoa, aku merasakan kekuatan di dalam hatiku, dan aku berkata kepada teman-temanku, “Aku sekarang sudah percaya kepada Tuhan, jadi aku tidak bisa berjudi lagi.” Setelah itu, aku bangkit dan meninggalkan meja judi, meninggalkan teman-temanku yang terkejut. Setelah menolak godaan teman-temanku, aku merasa sangat aman dan damai.
Namun Iblis menolak untuk melepaskan diriku, dan menggodaku dengan memakai segala jenis orang, masalah, dan hal-hal lainnya. Suatu kali, setelah makan malam dengan teman-temanku, mereka mengajakku berjudi dengan mengatakan bahwa mereka hanya bertiga sementara mereka membutuhkan empat orang untuk bermain. Aku tahu dengan sangat jelas bahwa ini adalah godaan dari Iblis, tetapi aku tidak bisa membiarkan diriku terjatuh ke dalam tipu daya Iblis lagi, jadi aku dengan tegas menolak mereka. Ketika aku mulai dengan sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan untuk menolak berjudi, teman-temanku tidak lagi mengajakku berjudi dengan mereka, dan aku benar-benar mengucapkan selamat tinggal pada meja judi.
Suatu ketika, ketika sedang makan malam bersama teman-temanku, mereka berkata bahwa aku telah banyak berubah dan akhirnya berhenti berjudi. Ketika istriku mendengarkan perkataan itu, senyum penuh rasa penghargaan muncul di wajahnya. Syukur kepada Tuhan, karena firman Tuhanlah yang telah mengubahku dan memberikan kepadaku arah yang benar dalam hidup. Setelah aku berhenti berjudi, seluruh pandangan mentalku rasanya seolah-olah benar-benar disegarkan. Setelah ibuku melihat perubahan dalam diriku, beliau tak bisa menahan dirinya dan berseru bahwa ini benar-benar merupakan pekerjaan Tuhan, karena tidak ada hal lain yang dapat mengubah kebiasaan burukku untuk berjudi. Kemudian, ibuku juga menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Sekarang, seluruh keluarga kami dapat membaca firman Tuhan bersama-sama pada waktu luang, ketika terjadi masalah kami dapat menemukan jalan untuk menerapkan firman Tuhan, dan ketika siapa pun memperlihatkan watak yang rusak, kami dengan sungguh-sungguh mampu membuka diri dan membahas tentang hal tersebut, dan dengan kasih dan kesabaran semua orang mampu bersekutu tentang firman Tuhan dan saling membantu. Kehidupan masa lalu kami yang penuh dengan pertengkaran atas kecanduan berjudiku telah berubah menjadi kebahagiaan dan harmoni, dan semuanya ini adalah hasil yang dicapai oleh firman dan pekerjaan Tuhan. Aku berterima kasih kepada Tuhan karena telah menyelamatkanku dari kecanduan berjudiku yang telah berlangsung selama lebih dari 20 tahun, dan juga karena Tuhan telah memberikan kepadaku kehidupan yang baru.

Sumber Artikel dari "Belajar Alkitab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Akhirnya saya menemukan jalan keluar dari kekeringan rohani(I)

Oleh Endai, Korea Selatan Aku Bertemu dengan Tuhan untuk Pertama Kalinya dan Aku Mengalami Kedamaian dan Sukacita Pada tahun 2010, ak...