15 Okt 2019

Tuhan Berjanji Mengaruniakan Seorang Anak Laki-laki kepada Abraham

Abraham, Belajar Alkitab, Misteri Alkitab, Firman Tuhan,

Misteri Alkitab | Tuhan Berjanji Mengaruniakan Seorang Anak Laki-laki kepada Abraham

1. Tuhan Berjanji Mengaruniakan Seorang Anak Laki-laki kepada Abraham
(Kejadian 17:15-17) Lalu Tuhan berfirman kepada Abraham: “Mengenai Sarai, istrimu, engkau tidak akan menyebutnya lagi Sarai, tetapi namanya akan menjadi Sara. Dan Aku akan memberkatinya dan memberimu anak lelaki darinya: ya, Aku akan memberkatinya sehingga ia akan menjadi ibu dari bangsa-bangsa; raja-raja dari segala bangsa akan lahir darinya. Lalu Abraham menunduk dan tertawa dan berkata dalam hatinya, “Mungkinkah seorang anak lelaki dilahirkan dari seorang yang sudah berumur 100 tahun? Dan mungkinkah Sara yang berumur 90 tahun melahirkan seorang anak?”
(Kejadian 17:21-22) “Tetapi perjanjian-Ku akan Kutetapkan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu, di saat seperti ini juga di tahun yang akan datang.” Lalu Dia selesai berfirman kepada Abraham dan Dia naik meninggalkan Abraham.
2. Abraham Mempersembahkan Ishak
(Kejadian 22:2-3) Dan Dia berfirman: “Ambillah anak lelakimu, anak lelakimu satu-satunya, Ishak, yang engkau kasihi, bawalah ia ke tanah Moria, dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran, di salah satu gunung yang akan Kutunjukkan kepadamu. Maka Abraham bangun pagi-pagi benar dan memasang pelana keledainya lalu membawa dua orang bujang bersamanya dan Ishak anaknya; ia juga membelah kayu untuk korban bakaran itu lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang diperintahkan Tuhan kepadanya.

(Kejadian 22:9-10) Tibalah mereka ke tempat yang Tuhan tunjukkan kepadanya, lalu Abraham mendirikan mezbah di sana, menyusun kayu dan mengikat Ishak, anaknya dan membaringkannya di mezbah itu, di atas kayu. Lalu Abraham mengulurkan tangannya dan mengambil pisau untuk menyembelih anak lelakinya.

Tidak Seorang pun Dapat Menghalangi Pekerjaan yang telah Tuhan Tetapkan untuk Dilakukan-Nya

Jadi, engkau semua telah mendengar kisah tentang Abraham. Dia dipilih oleh Tuhan setelah air bah menghancurkan dunia. Namanya adalah Abraham, dan ketika dia berumur seratus tahun dan istrinya, Sara, berumur sembilan puluh tahun, janji Tuhan dinyatakan kepadanya. Janji apakah yang Tuhan nyatakan kepadanya? Tuhan menjanjikan hal yang disebutkan dalam Kitab Suci: “Dan Aku akan memberkatinya dan memberimu anak lelaki darinya.” Apakah latar belakang janji Tuhan untuk mengaruniakan kepada Abraham seorang anak laki-laki? Kitab Suci memberikan catatan berikut: “Lalu Abraham menunduk dan tertawa dan berkata dalam hatinya, “Mungkinkah seorang anak lelaki dilahirkan dari seorang yang sudah berumur 100 tahun? Dan mungkinkah Sara yang berumur 90 tahun melahirkan seorang anak?” Dengan kata lain, pasangan berusia lanjut ini terlalu tua untuk melahirkan anak. Lalu, apa yang Abraham lakukan setelah Tuhan menyampaikan janji-Nya kepadanya? Dia menunduk dan tertawa, dan berkata dalam hatinya: “Mungkinkah seorang anak lelaki dilahirkan dari seorang yang sudah berumur 100 tahun?” Abraham percaya bahwa hal itu tidak mungkin─yang berarti ia percaya bahwa janji Tuhan kepadanya tidak lebih dari sebuah lelucon. Dari sudut pandang manusia, hal ini tidak mungkin dicapai manusia, yang berarti juga tidak mungkin dicapai oleh Tuhan dan merupakan sebuah ketidakmungkinan bagi Tuhan. Mungkin bagi Abraham, hal ini menggelikan: Tuhan menciptakan manusia, tetapi rupanya Dia tidak tahu bahwa orang yang sudah setua itu tidak mampu lagi melahirkan anak. Dia kira Dia dapat memampukanku untuk melahirkan anak, Dia mengatakan bahwa Dia akan memberi kepadaku seorang anak laki-laki─benar-benar tidak mungkin! Maka, Abraham pun menunduk dan tertawa, dan berkata dalam hatinya: Tidak mungkin─Tuhan bercanda denganku, ini tidak mungkin benar! Abraham tidak menganggap serius firman Tuhan. … Apakah Tuhan melihat tawa dan air muka Abraham, apakah Dia mengetahuinya? Tuhan tahu. Namun, akankah Tuhan mengubah apa yang telah ditetapkan untuk dilakukan-Nya? Tidak! Ketika Tuhan merencanakan dan memutuskan bahwa Dia akan memilih orang ini, perkara ini sudah ditetapkan. Baik pikiran maupun perilaku manusia tidak akan sedikit pun memengaruhi atau mengganggu Tuhan. Tuhan tidak akan secara semena-mena mengubah rencana-Nya, juga tidak akan mengubah atau mengacaukan rencana-Nya oleh karena perilaku manusia, yang bahkan mungkin bodoh. Apakah, kemudian, yang tertulis dalam Kejadian 17:21-22? “Tetapi perjanjian-Ku akan Kutetapkan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu, di saat seperti ini juga di tahun yang akan datang.” Lalu Dia selesai berfirman kepada Abraham dan Dia naik meninggalkan Abraham.” Tuhan tidak memberi sedikit pun perhatian pada apa yang Abraham pikirkan atau katakan. Apakah alasan Dia tidak mengindahkannya? Alasannya karena pada waktu itu, Tuhan tidak menuntut manusia harus memiliki iman yang besar, atau mampu memiliki pengetahuan yang besar akan Tuhan, atau terlebih lagi, mampu memahami apa yang Tuhan lakukan dan katakan. Dengan demikian, Dia tidak meminta manusia untuk sepenuhnya memahami apa yang Dia tetapkan untuk dilakukan, atau orang-orang yang Dia putuskan untuk dipilih-Nya, atau prinsip-prinsip dari tindakan-Nya, karena tingkat pertumbuhan manusia sangat tidak memadai. Pada waktu itu, Tuhan menganggap apa pun yang Abraham lakukan dan bagaimana pun perilakunya sebagai sesuatu yang normal. Dia tidak menyalahkan ataupun menegur, tetapi hanya berkata: “Sara akan melahirkan Ishak bagimu, di saat yang ditetapkan ini di tahun yang akan datang.” Bagi Tuhan, setelah Dia menyampaikan perkataan ini, masalah ini menjadi nyata selangkah demi selangkah. Di mata Tuhan, apa yang harus dicapai oleh rencana-Nya telah dicapai, dan setelah menyelesaikan pengaturan atas hal ini, Tuhan pun pergi. Apa yang manusia lakukan atau pikirkan, apa yang manusia pahami, rencana-rencana manusia─tidak satu pun dari semua ini ada kaitannya dengan Tuhan. Segala sesuatu berlangsung menurut rencana Tuhan, sesuai dengan waktu dan tahapan yang ditetapkan oleh Tuhan. Seperti inilah prinsip pekerjaan Tuhan. Tuhan tidak mencampuri apa pun yang manusia pikirkan atau ketahui, namun Dia juga tidak meninggalkan rencana-Nya, atau melepaskan pekerjaan-Nya karena manusia tidak percaya atau mengerti. Dengan demikian, fakta yang terjadi adalah sesuai dengan rencana dan pemikiran Tuhan. Inilah tepatnya yang kita lihat dalam Akitab: Tuhan menyebabkan Ishak dilahirkan pada waktu yang telah Dia tetapkan. Apakah fakta tersebut membuktikan bahwa perilaku dan tindakan manusia menghalangi pekerjaan Tuhan? Semua itu tidak menghalangi pekerjaan Tuhan! Apakah iman manusia yang kecil kepada Tuhan, serta gagasan dan imajinasinya tentang Tuhan memengaruhi pekerjaan Tuhan? Tidak! Sama sekali tidak! Rencana pengelolaan Tuhan tidak dipengaruhi oleh siapa pun, juga tidak oleh perihal atau lingkungan apa pun. Semua yang Dia tetapkan untuk dilakukan akan diselesaikan dan dikerjakan pada waktunya dan sesuai dengan rencana-Nya, dan pekerjaan-Nya tidak dapat diganggu oleh siapa pun. Tuhan mengabaikan aspek-aspek tertentu dari kebodohan dan ketidaktahuan manusia, bahkan mengabaikan aspek-aspek tertentu dari perlawanan dan gagasan manusia terhadap-Nya. Dia melakukan pekerjaan yang harus Dia lakukan tanpa memedulikan hal-hal itu. Inilah watak Tuhan dan cerminan kemahakuasaan-Nya.


Sumber Artikel dari "Belajar Alkitab"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Akhirnya saya menemukan jalan keluar dari kekeringan rohani(I)

Oleh Endai, Korea Selatan Aku Bertemu dengan Tuhan untuk Pertama Kalinya dan Aku Mengalami Kedamaian dan Sukacita Pada tahun 2010, ak...