Mengapa Tuhan Disebut “Yahweh” dan Kemudian “Yesus”?
Ketika masih kecil, aku pergi bersama nenekku ke pertemuan gereja. Para tetangga juga sering datang ke rumah kami untuk menceritakan kisah-kisah Alkitab kepadaku, dan mereka memberi tahuku bahwa nama Tuhan adalah Yahweh, dan bahwa aku dapat memanggil nama Tuhan Yahweh kapan pun aku memiliki masalah.
Oleh karena itu, dalam ketidak tahuan masa kanak-kanakku, aku menjadi sadar bahwa nama Tuhan adalah Yahweh. Taman kanak-kanakku adalah sekolah Kristen, dan guru di sana mengatakan bahwa nama Tuhan adalah Yesus, dan dia memberi tahukan kami bahwa kami dapat berdoa kepada dalam nama Tuhan Yesus kapan pun kami memiliki masalah. Pada titik itu, aku berpikir: bukankah nama Tuhan adalah Yahweh? Mengapa Dia sekarang disebut Yesus? Apa hubungan antara Yahweh dan Yesus? Ketika bertumbuh dewasa, aku membaca dalam Perjanjian Lama, “Yahweh … inilah nama-Ku untuk selama-lamanya dan inilah pengingat tentang Aku kepada semua generasi” (Keluaran 3:15). Akan tetapi, Perjanjian Baru mencatat, “Tidak ada keselamatan dalam diri orang lain; karena tidak ada nama lain di bawah langit yang diberikan kepada manusia, yang olehnya kita bisa diselamatkan” (Kisah Para Rasul 4:12). Karena itu aku merasa bingung dan berpikir: Perjanjian Lama mengatakan bahwa kita harus berpegang teguh pada nama Tuhan Yahweh selamanya, jadi mengapa kemudian dikatakan dalam Perjanjian Baru bahwa kita hanya dapat diselamatkan melalui nama Tuhan Yesus? Aku merasa sangat bingung dan tidak tahu apakah harus berdoa kepada nama Tuhan Yahweh atau nama Tuhan Yesus ketika mengucapkan doaku. Setelah masa kebingungan ini, aku memutuskan bahwa aku akan berdoa dalam nama Tuhan Yahweh terlebih dahulu, dan kemudian aku akan berterima kasih kepada Tuhan Yesus atas kasih karunia yang Dia anugerahkan kepadaku, dan akhirnya aku akan meminta Roh Kudus untuk membimbingku. Aku berpikir: jika aku menggunakan semua nama ini dalam doaku, setidaknya salah satu dari nama tersebut pasti benar. Namun setelah beberapa saat melakukan hal ini, aku masih merasa bingung. Aku berpikir: hanya ada satu Tuhan, jadi mengapa nama Tuhan itu sebentar Yahweh, sebentar Yesus? Yang manakah nama asli Tuhan?
Arti Pentingnya Tuhan Memakai Nama Yahweh dan Yesus
Waktu berlalu, dan segera aku mulai kuliah. Suatu hari, aku baru saja membaca sebuah posting online yang dibuat oleh salah seorang temanku ketika Saudari Si Jie dari Hong Kong, yang melihat bahwa aku telah “menyukai” beberapa posting tentang kepercayaan kepada Tuhan, menambahkan aku sebagai temannya. Setelah itu, aku sering mengobrol dengan Saudari Si Jie tentang masalah iman, dan kami berdua berbicara tentang hal-hal yang kami temui dalam kehidupan sehari-hari. Segera setelah itu, Saudari Si Jie mengundangku untuk menghadiri salah satu pertemuan gerejanya, dan dengan cepat kukatakan bahwa aku akan melakukannya. Setelah beberapa kali mengikuti pertemuan ini, aku merasa bahwa persekutuan saudari ini sangat praktis. Dia mulai berbicara tentang kitab Kejadian dan tentang bagaimana Tuhan menciptakan segala sesuatu di surga dan di bumi, serta umat manusia pada awalnya, bagaimana umat manusia telah berkembang sampai hari ini, dan dia juga berbicara tentang beberapa nubuat mengenai kedatangan Tuhan kembali, dan seterusnya. Dia mengizinkan aku untuk mendapatkan pemahaman baru tentang kehendak Tuhan dan rohku merasa terpenuhi—aku merasa bahwa hanya sedikit hal yang tidak dipahami oleh saudari ini.
Pada satu pertemuan, aku mengangkat masalah yang telah membingungkanku sekian lama kepada saudari tersebut, dan aku berkata, “Hanya ada satu Tuhan, jadi mengapa nama Tuhan dicatat dalam Perjanjian Lama sebagai Yahweh, dan dicatat dalam Perjanjian Baru sebagai Tuhan Yesus? Nama mana yang harus kupanggil ketika berdoa?”
Saudari Huang, yang juga hadir di pertemuan tersebut, memberikan persekutuan dan berkata, “Saudara, ada misteri di dalam nama Tuhan. Kita semua yang percaya kepada Tuhan tahu bahwa nama Tuhan dicatat dalam Perjanjian Lama sebagai Yahweh dan dalam Perjanjian Baru sebagai Tuhan Yesus. Namun demikian, tidak ada yang dapat memahami mengapa Alkitab mencatat bahwa Tuhan memiliki nama yang berbeda. Hanya Tuhan Sendiri yang bisa menjelaskan misteri ini. Izinkan aku membacakan untukmu beberapa bagian dari firman Tuhan dan kemudian kau akan mengerti.”
Saudari itu membaca, “Mengapa Yahweh dan Yesus adalah satu, tetapi dipanggil dengan nama yang berbeda pada zaman yang berbeda? Bukankah karena zaman pekerjaan Mereka berbeda? Mungkinkah satu nama merepresentasikan Tuhan seutuhnya? Jika demikian, Tuhan harus dipanggil dengan nama yang berbeda pada zaman yang berbeda, dan harus pula menggunakan nama tersebut untuk mengubah dan merepresentasikan zaman tersebut. Karena tiada satu nama pun yang dapat sepenuhnya merepresentasikan Tuhan dan setiap nama hanya dapat merepresentasikan aspek temporal dari watak Tuhan pada zaman tertentu, maka tiada lain kecuali nama-Nya mewakili pekerjaan-Nya. Oleh karena itu, Tuhan dapat memilih nama apa pun yang sesuai dengan watak-Nya untuk merepresentasikan seluruh zaman.
“‘Yahweh‘ adalah nama yang Aku pakai selama pekerjaan-Ku di Israel, dan yang artinya Tuhan orang Israel (bangsa pilihan Tuhan) yang dapat mengasihani manusia, mengutuk manusia, dan membimbing hidup manusia. Yang artinya Tuhan yang memiliki kuasa besar dan penuh dengan hikmat. “Yesus” adalah Imanuel, dan yang artinya korban penghapus dosa yang penuh kasih, belas kasihan, dan menebus manusia. Ia melakukan pekerjaan Zaman Kasih Karunia, dan mewakili Zaman Kasih Karunia, dan hanya dapat mewakili satu bagian rencana pengelolaan. … Hanya Yesus-lah Penebus umat manusia. Dialah korban penghapus dosa yang menebus umat manusia dari dosa. Dengan kata lain, nama Yesus berasal dari Zaman Kasih Karunia, dan ada karena pekerjaan penebusan pada Zaman Kasih Karunia. Nama Yesus ada agar orang-orang pada Zaman Kasih Karunia dapat lahir baru dan diselamatkan, dan merupakan nama teristimewa bagi penebusan seluruh umat manusia. Jadi, nama Yesus mewakili pekerjaan penebusan, dan menandai Zaman Kasih Karunia. Nama Yahweh adalah nama teristimewa bagi bangsa Israel yang hidup di bawah hukum Taurat. Di setiap zaman dan setiap tahap pekerjaan, nama-Ku bukan tanpa dasar, tetapi mengandung makna yang bersifat mewakili: Setiap nama mewakili satu zaman. ‘Yahweh’ mewakili Zaman Hukum Taurat, dan merupakan sebutan kehormatan bagi Tuhan yang disembah oleh bangsa Israel. ‘Yesus’ mewakili Zaman Kasih Karunia, dan merupakan nama Tuhan bagi semua orang yang ditebus selama Zaman Kasih Karunia.”
Saudari Huang melanjutkan persekutuannya dengan mengatakan, “Kita memahami dari firman Tuhan bahwa Tuhan memakai nama yang berbeda untuk mengubah zaman. ‘Yahweh’ dan ‘Yesus’ adalah masing-masing nama yang Tuhan pakai pada Zaman Hukum Taurat dan Zaman Kasih Karunia, dan keduanya sama-sama memiliki makna representatif. Pada Zaman Hukum Taurat, Tuhan memakai nama ‘Yahweh,’ dan nama ini mewakili watak yang Dia ungkapkan kepada manusia pada zaman itu, yaitu keagungan, murka, kutukan, dan belas kasih. Manusia pada waktu itu tidak tahu bagaimana cara hidup di bumi, apalagi bagaimana cara menyembah Tuhan. Mereka juga mampu melakukan hal-hal yang jahat, seperti pembunuhan dan pencurian, dan sebagainya. Karena itu, Tuhan menggunakan Musa untuk memberitakan hukum-Nya untuk memimpin umat manusia; mereka yang mematuhi hukum dapat memperoleh berkat Tuhan, tetapi mereka yang melanggar hukum harus mempersembahkan korban untuk menebus dosa mereka, atau mereka akan dibakar atau dilempari batu sampai mati. Semua orang Israel yang hidup di bawah hukum Taurat tahu bahwa Yahweh adalah Tuhan yang berbelas kasih, tetapi juga bahwa Dia adalah Tuhan yang mampu mengutuk manusia. Karena itu, sangat pantas bagi Tuhan untuk memakai nama ‘Yahweh’ untuk menjalankan pekerjaan Zaman Hukum Taurat. Akan tetapi, pada akhir Zaman Hukum Taurat, orang secara bertahap menjadi tidak mampu menaati hukum, dan mereka semua dihadapkan pada bahaya dikutuk dan dihukum mati karena telah melanggar hukum. Untuk menyelamatkan umat manusia, Tuhan menjadi daging dan memakai nama ‘Yesus’ untuk menjalankan pekerjaan Zaman Kasih Karunia, dan untuk mengungkapkan watak belas kasih dan kasih setia-Nya. Tuhan Yesus menganugerahkan anugerah berlimpah kepada manusia, Dia menyembuhkan orang sakit dan mengusir Iblis, dan akhirnya Dia membiarkan daging-Nya yang tidak berdosa untuk dipakukan di atas kayu salib, dan dengan demikian menyelesaikan pekerjaan-Nya untuk menebus seluruh umat manusia. Setelah itu, bilamana seseorang berdosa, mereka hanya harus mengakui dan bertobat dari dosa mereka kepada Tuhan Yesus, dan kemudian dosa mereka akan dapat diampuni. Nama ‘Tuhan Yesus’ setelah itu dikenal oleh semua orang, dan baik orang dewasa maupun anak-anak mulai memanggil nama ‘Tuhan Yesus,’ sedangkan nama ‘Yahweh’ tidak lagi disebutkan. Kita dapat melihat dari dua tahap pekerjaan Tuhan di masa lalu tersebut bahwa nama yang Tuhan pakai mewakili pekerjaan yang dilakukan-Nya selama zaman tersebut, beserta watak yang Dia ungkapkan.”
Mendengarkan persekutuan saudari itu tentang arti pentingnya nama Tuhan, aku merasakan hal itu sebagai sesuatu yang segar dan baru, dan hatiku dipenuhi dengan terang. Alasan mengapa Tuhan memakai nama “Yahweh” atau “Yesus” adalah karena kebutuhan pekerjaan-Nya. Zaman dimana Tuhan bekerja menentukan bagaimana nama-Nya akan dipanggil orang—ini adalah benar-benar sebuah misteri. Aku mulai tertarik dengan persekutuan saudari tersebut, dan aku terus mendengarkannya dengan sungguh-sungguh.
Arti Pentingnya Tuhan Memakai nama “Tuhan Yang Mahakuasa” pada Akhir Zaman
Saudari itu kemudian melanjutkan persekutuannya dengan mengatakan, “Ketika kita ditebus oleh Tuhan Yesus, meskipun dosa-dosa kita telah diampuni, natur dosa kita masih tetap ada di dalam diri kita. Karena itu, kita masih dapat sering kali berbuat dosa, dan kita belum sepenuhnya menjadi milik Tuhan. Untuk menyelamatkan kita sepenuhnya dari dosa, pada akhir zaman Tuhan melakukan tahap pekerjaan di atas dasar pekerjaan penebusan Tuhan Yesus, yaitu sepenuhnya menyucikan dan menyelamatkan umat manusia. Nama Tuhan juga telah berubah seiring dengan pekerjaan-Nya, dan nama yang sekarang dipakai-Nya adalah ‘Tuhan Yang Mahakuasa.'”
Ketika aku mendengar nama “Tuhan Yang Mahakuasa,” aku tidak terlalu memikirkannya. Karena persekutuan Saudari Huang telah memungkinkan aku memahami arti pentingnya nama yang dipakai oleh Tuhan dalam dua zaman sebelumnya, aku benar-benar ingin tahu arti pentingnya Tuhan memakai nama “Tuhan Yang Mahakuasa” pada akhir zaman, jadi aku segera memintanya untuk melanjutkan persekutuannya.
Saudari Si Jie kemudian berkata, “Sebenarnya ada nubuat dalam Alkitab yang telah lama ditulis tentang Tuhan yang disebut ‘Tuhan Yang Mahakuasa’ pada akhir zaman, dan kita hanya perlu mencarinya dengan saksama agar dapat menemukannya.” Saudari itu mengarahkan aku kepada kitab Wahyu, “Dia yang menang akan Kujadikan pilar di dalam bait Suci Tuhan-Ku dan ia tidak akan keluar lagi: dan Aku akan menuliskan padanya nama Tuhan-Ku, dan nama kota Tuhan-Ku, yaitu Yerusalem Baru, yang turun dari sorga dari Tuhan-Ku dan Aku akan menuliskan nama–Ku yang baru padanya” (Wahyu 3:12). “Akulah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terakhir, firman Tuhan, yang ada sekarang, yang sudah ada, dan yang akan datang, Yang Mahakuasa” (Wahyu 1:8). “Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Tuhan di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Tuhan, lalu berkata, Kami bersyukur kepada-Mu, Oh TUHAN Tuhan yang Mahakuasa, yang ada sekarang, yang ada sejak mulanya, dan yang akan datang; karena Engkau telah mengambil bagi-Mu kuasa-Mu yang besar, dan Engkau memerintah” (Wahyu 11:16-17).
Setelah membaca ayat ini, aku menjadi sepenuhnya yakin. Ternyata, kitab Wahyu dahulu kala sudah menubuatkan nama baru Tuhan nantinya, jadi mengapa aku tidak pernah memperhatikannya? Ayat ini masing-masing merujuk pada nama baru Tuhan dan juga Yang Mahakuasa. Dengan kata lain, telah ditetapkan dahulu kala bahwa Tuhan akan memakai nama baru jika Dia datang kembali, dan bahwa Tuhan akan memakai nama “Tuhan Yang Mahakuasa” untuk menjalankan pekerjaan-Nya. Namun pada titik tersebut, aku masih belum tahu apa arti pentingnya Tuhan dipanggil sebagai “Tuhan Yang Mahakuasa” pada akhir zaman.
Saudari Si Jie memberikan persekutuan dengan mengatakan, “Ada arti pentingnya Tuhan memakai nama ‘Tuhan Yang Mahakuasa’ pada akhir zaman. Mari kita baca bagian lain dari firman Tuhan, dan kemudian kita akan dapat memahaminya dengan lebih baik. Tuhan berkata, ‘Aku pernah dikenal sebagai Yahweh. Aku juga pernah dipanggil Mesias, dan orang-orang pernah memanggil-Ku Yesus sang Juruselamat karena mereka mengasihi dan menghormati-Ku. Namun saat ini, Aku bukan Yahweh ataupun Yesus yang dikenal orang di masa lampau itu—Aku adalah Tuhan yang datang kembali pada akhir zaman, Tuhan yang akan membawa zaman ini menuju akhir. Aku-lah Tuhan itu sendiri yang bangkit di ujung-ujung bumi, sarat dengan keseluruhan watak-Ku, dan penuh dengan otoritas, hormat, serta kemuliaan. Orang-orang tidak pernah menjalin hubungan dengan-Ku, tidak pernah mengenal-Ku, dan tidak tahu tentang watak-Ku. Sejak penciptaan dunia hingga saat ini, tidak seorang pun pernah melihat-Ku. Inilah Tuhan yang menampakkan diri kepada manusia pada akhir zaman, tetapi tersembunyi di antara manusia. Ia berdiam di antara manusia, benar dan nyata, seperti matahari yang menyala-nyala dan lidah api, penuh dengan kuasa dan sarat akan otoritas. Tidak ada satu orang atau perkara pun yang tidak akan dihakimi oleh firman-Ku, dan tidak satu orang atau perkara pun yang akan luput dari pemurnian melalui nyala api. … Aku memakai nama ini dan Aku penuh dengan watak demikian supaya semua orang dapat melihat bahwa Akulah Tuhan yang benar, dan matahari yang menyala-nyala, dan lidah api. Supaya semua dapat menyembah-Ku, satu-satunya Tuhan yang benar, dan supaya mereka dapat melihat rupa-Ku yang sejati: Aku bukan hanya Tuhan orang Israel, dan bukan hanya Sang Penebus—Aku adalah Tuhan atas segala ciptaan di seluruh langit dan di seluruh bumi dan di lautan.’
“Kita dapat melihat dari firman Tuhan bahwa pada akhir zaman, nama Tuhan bukan lagi Yahweh, dan bukan lagi Yesus, tetapi nama-Nya adalah Tuhan Yang Mahakuasa yang memiliki kekuasaan yang besar. Dengan nama Tuhan Yang Mahakuasa, Tuhan melakukan pekerjaan menghakimi dan menyucikan dengan firman-Nya, Dia menyingkapkan watak rusak Iblis dan esensi rusak dalam diri manusia dan, melalui penghakiman dan hajaran dari firman-Nya, Dia memungkinkan kita untuk mengetahui kebenaran faktual tentang kerusakan kita oleh Iblis serta natur dan esensi kita. Pada saat yang sama, kita juga jadi mengetahui tentang watak Tuhan yang benar dan tak dapat diganggu gugat, dan di dalam diri kita kemudian akan timbul hati yang menghormati Tuhan. Ketika orang yang mencintai kebenaran menerima penghakiman Tuhan dan disucikan, Tuhan kemudian akan memulai pekerjaan-Nya untuk memisahkan masing-masing orang sesuai jenisnya, dan memberikan upah kepada orang benar serta menghukum yang jahat. Mereka yang telah disucikan oleh Tuhan akan diselamatkan dari tengah bencana dan dibawa masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Akan tetapi, mereka yang membenci kebenaran dan menolak Tuhan akan mengalami bencana dan dihukum. Dengan cara inilah rencana pengelolaan enam ribu tahun Tuhan akan berakhir. Pada akhirnya, Tuhan akan menunjukkan kepada seluruh umat manusia bahwa Dia tidak hanya dapat membimbing kehidupan manusia dan menjadi korban penghapus dosa bagi manusia, tetapi bahwa Dia juga dapat menyucikan dan mengubah manusia—Tuhan adalah Yang Pertama dan Yang Terakhir, dan tidak ada yang dapat memahami keajaiban atau pun perbuatan-Nya. Oleh karena itu, memanggil Tuhan dengan nama ‘Tuhan Yang Mahakuasa’ pada akhir zaman merupakan hal yang paling tepat. Meskipun nama Tuhan telah berubah, Tuhan yang kita imani masih tetap satu Tuhan yang sama.”
Agar aku dapat lebih mudah memahami hal ini, Saudari Huang memberiku sebuah kiasan, “Katakanlah ada seorang pria yang dulunya adalah seorang guru, dan semua orang biasa memanggilnya ‘guru.’ Jika dia kemudian menjadi dokter, maka semua orang akan memanggilnya ‘dokter.’ Jika dia masuk ke dalam dunia bisnis dan menjadi manajer yang sukses, maka semua orang akan memanggilnya ‘manajer.’ Meskipun pria ini diberikan gelar yang berbeda, dia masih tetap pria yang sama. Demikian pula, seberapa banyak pun nama yang Tuhan miliki, esensi-Nya tidak berubah, dan Dia masih tetap satu Tuhan yang sama. Namun demikian, karena Tuhan memakai nama yang berbeda pada zaman yang berbeda, kita harus berdoa kepada nama yang Tuhan pakai pada zaman sekarang ini, karena hanya dengan melakukan hal inilah kita akan dapat memperoleh pekerjaan Roh Kudus. Ketika Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan-Nya, misalnya, hanya dengan berdoa dalam nama Tuhan Yesus orang dapat memperoleh bimbingan Tuhan. Kita sekarang berada pada akhir zaman dan Tuhan telah memulai pekerjaan baru-Nya pada Zaman Kerajaan. Pekerjaan Roh Kudus telah berpindah ke pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa, jadi hanya dengan berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa kita mampu mendapatkan pekerjaan Roh Kudus, dan juga pencerahan dan penerangan dari Tuhan. Jika kita tidak melakukan hal ini, kita akan jatuh ke dalam kegelapan dan menemukan bahwa kita tidak punya tempat untuk berpaling.”
Setelah mendengarkan persekutuan saudari itu, aku menjadi paham arti pentingnya Tuhan memakai nama Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Aku juga kagum pada kekuasaan firman Tuhan Yang Mahakuasa, sehingga firman tersebut dapat dengan gamblang menjelaskan arti pentingnya nama yang dipakai Tuhan pada setiap zaman. Siapa lagi yang bisa mengucapkan perkataan ini selain Tuhan? Karena itu aku memutuskan untuk menyelidiki pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman.
Mengapa Tuhan Harus Memakai Nama?
Di sebuah pertemuan, kami bersekutu lagi tentang kebenaran nama Tuhan, dan seorang saudari memberikan persekutuannya, “Pada awalnya Tuhan tidak memiliki nama. Hanya karena Tuhan ingin menyelamatkan umat manusia maka Dia mengambil sebuah nama. Sebagai contoh, dikatakan dalam Kitab Keluaran 3:13 dan 3:15, ‘Dan Musa berkata kepada Tuhan: “Lihat, ketika aku datang kepada anak-anak Israel dan berkata kepada mereka: Tuhan nenek moyangmu telah mengutus aku kepada engkau sekalian; dan mereka akan bertanya kepadaku, Siapakah nama-Nya? Apa yang harus aku katakan pada mereka?” … Selanjutnya Tuhan berfirman kepada Musa: “Inilah yang harus engkau katakan kepada anak-anak Israel: Yahweh, Tuhan nenek moyangmu, Tuhan Abraham, Tuhan Ishak, dan Tuhan Yakub, telah mengutus aku kepada engkau: inilah nama-Ku untuk selama-lamanya dan inilah pengingat tentang Aku kepada semua generasi.”‘ Pada waktu itu, Tuhan ingin memakai Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, dan itulah satu-satunya alasan Dia memakai nama Yahweh. Ketika pekerjaan Tuhan mengelola umat manusia berakhir, Tuhan tidak akan lagi memakai nama yang tepat namun belum selesai tersebut untuk mewakili diri-Nya. Nama Tuhan bukan lagi Yahweh, bukan lagi Yesus, dan Dia tidak akan lagi disebut sebagai Tuhan Yang Mahakuasa. Sebaliknya, Dia akan disebut sebagai Tuhan sendiri—Dia yang memiliki kuasa dan otoritas yang besar—yaitu, Dia akan disebut ‘Sang Pencipta.’ Sama seperti firman Tuhan yang mengatakan, ‘Harinya akan tiba ketika Tuhan tidak lagi disebut Yahweh, Yesus, atau Mesias, melainkan Ia akan disebut “Sang Pencipta” saja. Saat itu, semua nama yang telah dikenakan-Nya di bumi akan lekang sebab pekerjaan-Nya di bumi sudah akan berakhir. Setelah itu, lenyap sudah semua nama-Nya.'”
Setelah mendengarkan persekutuan saudari itu, aku menjadi sangat jelas tentang mengapa Tuhan perlu mengambil sebuah nama. Setelah itu, kapan pun aku punya waktu, aku akan membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dan menonton film Injil dan sketsa yang diproduksi oleh Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Firman Tuhan telah mengungkapkan kepadaku misteri seperti tiga tahap pekerjaan Tuhan, inkarnasi dan bagaimana Tuhan datang untuk melakukan pekerjaan penghakiman. Aku merasakan otoritas dan kuasa dari firman Tuhan, dan aku merasa hanya Tuhan yang bisa mengungkapkan kebenaran dan menyingkapkan misteri semacam itu. Setelah beberapa waktu, aku menjadi yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan yang Yesus yang telah datang kembali, dan aku dengan senang hati menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Sejak saat itu, aku mulai berdoa kepada nama Tuhan Yang Mahakuasa, dan aku sering menghadiri pertemuan online dan membaca firman Tuhan bersama saudara-saudariku, dan rohku merasa sangat terpenuhi. Syukur kepada Tuhan karena telah membawaku kembali ke dalam keluarga-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar