Damai dalam Tuhan bagimu! Beberapa bulan sudah berlalu. Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?
Aku ingat ketika kita belajar Kitab Suci bersama, kita sering membaca 1 Tesalonika 4: 16-17, yang berbunyi: “Karena Tuhan sendiri akan turun dari surga dengan tempik sorak, dengan suara malaikat agung, dan sangkakala Tuhan: dan orang yang mati di dalam Kristus akan bangkit terlebih dahulu: Lalu kita yang masih hidup, dan masih tinggal akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan-awan, berjumpa dengan Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan bersama-sama dengan Tuhan selamanya.” Kapan pun kita melihat firman ini, kita menjadi sangat gembira dan tidak bisa lain kecuali merasa manis. Kita bahkan akan meringis lebar dalam mimpi. Kita percaya bahwa pada saat kembalinya Tuhan, kita yang hidup akan diangkat di awan-awan untuk menjumpai Tuhan di udara. Betapa itu akan jadi adegan yang mulia! Namun, setelah aku pergi ke Jepang, lewat persekutuan dengan saudara saudari di sini, aku mengerti: Ayat-ayat ini adalah kata-kata Paulus, bukan firman Tuhan Yesus. Kata-kata Paulus bukanlah kebenaran, bahkan meskipun demikian, perkataan tersebut tidak dapat menggantikan kebenaran. Hanya firman Tuhan Yesus yang merupakan kebenaran. Kita harus percaya dalam Tuhan lewat firman-Nya, dan tidak dapat mengambil perkataan manusia sebagai tujuan pengejaran kita. “Diangkat” disebut di sini bukanlah seperti yang kita pikirkan. Di masa lalu, kita semua berpikir ‘diangkat” dalam Kitab Suci berarti bahwa kembalinya Tuhan akan membawa semua yang berpegang pada nama Tuhan ke udara, lalu mereka akan hidup di surga. Sebenarnya pemikiran kita salah. Alasan mengapa kita berpikir seperti itu karena kita tidak mengerti makna sejati ayat-ayat ini. Mengenai hal ini, para saudara saudari telah menyampaikan kebenaran aspek ini kepadaku, sehingga aku mengerti apa pengangkatan. Sekarang aku akan membagikan pengalamanku kepadamu.
Saudari Liu bersekutu denganku: “Ada ayat-ayat yang dapat memecahkan kebingungan ini. Kejadian 2: 7-8 berbunyi, “Dan Tuhan Yahweh membentuk manusia dari debu tanah, dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya, dan manusia menjadi jiwa yang hidup. Dan Tuhan Yahweh membuat taman di sebelah timur di Eden; di sanalah Ia menempatkan manusia yang telah Ia bentuk.” Dari sini, kita dapat memahami bahwa bapa leluhur kita hidup di Taman Eden yang ada di bumi, bukan di surga. Pada awalnya, Tuhan menciptakan manusia dengan debu tanah, membuat kita dapat hidup di bumi dan mengelola sisa ciptaan-Nya, meminta kita untuk mematuhi, memuja dan memuliakan-Nya, dan menakdirkan bahwa tujuan kita di bumi, bukannya di surga. Juga, dalam Matius 6:10 Doa Bapa Kami Tuhan Yesus mengajar kita berkata: “Kerajaan-Mu datanglah, kehendak-Mu terjadilah di bumi, seperti di surga“, Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa saat kerajaan Tuhan datang, kita akan melakukan kehendak-Nya di bumi. Selain itu, kehendak-Nya mungkin terjadi di bumi sama seperti di surga. Hal ini membuktikan bahwa orang-orang yang masih hidup setelah pekerjaan Tuhan di zaman akhir usai, masih hidup di bumi, bukan di surga. Dapat dipahami bahwa Tuhan akan mendirikan kerajaan-Nya di bumi dan kerajaan-kerajaan dunia ini harus menjadi kerajaan Kristus kita. Setelah pekerjaan Tuhan di bumi usai, Dia akan memimpin manusia dari surga dan manusia masih akan hidup di bumi. Jadi kerajaan Tuhan akhirnya akan dinyatakan di bumi. Jika kita bersikukuh bahwa “diangkat” mengacu pada diangkat ke surga, lalu bukankah nubuat ini akan sia-sia? Kerajaan Tuhan ada di bumi, jika kita masih mengejar untuk diangkat ke surga, bukankah kita akan menentang kehendak-Nya? Pada kenyataannya, Tuhan melakukan pekerjaan-Nya menyelamatkan manusia di bumi dari awal hingga akhir, dan kita manusia juga hidup di bumi. Tuhan akan melakukan kehendak-Nya di bumi, bukan di surga, Pada akhirnya tujuan manusia adalah di bumi dan hal ini sudah ditentukan dari semula sebelum abad. Tidak ada seorang pun dapat mematahkannya, dan ini adalah hukum surga.
“Suatu bagian perkataan berbunyi: ‘Tuhan masuk ke tempat perhentian artinya Ia tidak lagi melakukan pekerjaan-Nya untuk menyelamatkan manusia. Umat manusia masuk ke tempat perhentian artinya seluruh manusia akan hidup dalam terang Tuhan dan berkat-berkat-Nya; tidak akan ada kerusakan yang disebabkan si Iblis, dan tidak akan ada ketidakbenaran. Seluruh manusia akan hidup dengan normal di bumi, dan mereka akan hidup di bawah pemeliharaan Tuhan. Ketika Tuhan dan manusia masuk ke tempat perhentian bersama-sama, itu artinya umat manusia telah diselamatkan dan Iblis telah dihancurkan, pekerjaan Tuhan di antara manusia telah selesai sepenuhnya. Tuhan tidak akan lagi terus bekerja di antara manusia, dan manusia tidak akan lagi terus hidup di bawah wilayah kekuasaan Iblis. Oleh karena itu, Tuhan tidak akan sibuk lagi, dan manusia tidak akan tergesa-gesa lagi. Tuhan dan manusia akan masuk ke tempat perhentian bersama-sama. Tuhan akan kembali ke posisi-Nya yang semula, dan setiap orang akan kembali ke tempatnya masing-masing. Keduanya merupakan tempat tujuan yang akan ditinggali oleh Tuhan dan manusia setelah berakhirnya seluruh pengelolaan Tuhan. Tuhan memiliki tempat tujuan Tuhan dan manusia memiliki tempat tujuan manusia. Sementara beristirahat, Tuhan akan terus membimbing seluruh umat manusia dalam kehidupan mereka di bumi. Sementara itu, di dalam terang Tuhan, manusia akan menyembah satu-satunya Tuhan di surga yang sejati. Tuhan tidak akan tinggal lagi di tengah umat manusia, dan manusia juga tidak akan dapat hidup bersama dengan Tuhan di tempat tujuan Tuhan. Tuhan dan manusia tidak dapat hidup di alam yang sama. Sebaliknya, keduanya memiliki cara hidup mereka masing-masing. Tuhan adalah Pribadi yang membimbing umat manusia, sementara seluruh manusia adalah perwujudan dari pekerjaan pengelolaan Tuhan. Ini merupakan umat manusia yang dipimpin. Secara esensi, umat manusia tidak sama dengan Tuhan. Beristirahat artinya kembali ke tempatnya yang semula. Jadi, ketika Tuhan masuk ke tempat perhentian, itu artinya Tuhan kembali ke tempat-Nya yang semula. Tuhan tidak akan lagi tinggal di bumi atau berbagi sukacita dan penderitaan dengan seluruh manusia manakala berada di antara umat manusia. Ketika umat manusia masuk ke tempat perhentian, itu artinya manusia telah menjadi ciptaan yang sejati; seluruh manusia akan menyembah Tuhan dari bumi dan menjalani kehidupan normal manusia. Manusia tidak akan lagi membangkang kepada Tuhan atau menolak Tuhan. Mereka akan kembali ke kehidupan Adam dan Hawa yang semula. Inilah masing-masing kehidupan dan tempat tujuan Tuhan dan umat manusia setelah mereka masuk ke tempat perhentian. Kekalahan Iblis adalah kecenderungan yang tidak terelakkan dalam peperangan antara Tuhan dan Iblis. Dengan cara demikian, masuknya Tuhan ke tempat perhentian setelah menyelesaikan pekerjaan pengelolaan-Nya dan keselamatan penuh manusia serta masuknya manusia ke tempat perhentian menjadi kecenderungan yang tidak terelakkan. Tempat perhentian manusia adalah di bumi, dan tempat peristirahatan terakhir Tuhan adalah di surga. Sementara manusia menyembah Tuhan di tempat perhentian, ia akan hidup di bumi. Sementara Tuhan memimpin sekelompok umat manusia yang tersisa di tempat perhentian, Ia akan memimpin mereka dari surga, bukan dari bumi. Tuhan akan tetap berupa Roh, dan manusia akan tetap berupa daging. Tuhan dan manusia, keduanya memiliki cara istirahat masing-masing yang berbeda. Sementara Tuhan beristirahat, Ia akan datang dan menampakkan diri di antara manusia. Sementara manusia beristirahat, ia akan dipimpin oleh Tuhan untuk mengunjungi surga dan juga menikmati kehidupan di surga. Setelah Tuhan dan manusia masuk ke tempat perhentian, Iblis tidak akan ada lagi, dan sebagaimana Iblis, orang-orang jahat pun tidak akan ada lagi. Sebelum Tuhan dan manusia masuk ke tempat perhentian, individu-individu jahat di muka bumi yang pernah menganiaya Tuhan serta musuh-musuh yang tidak taat kepada-Nya di muka bumi sudah dihancurkan. Mereka akan dihancurkan oleh bencana-bencana besar yang terjadi pada akhir zaman. Setelah orang-orang jahat sepenuhnya dihancurkan, bumi tidak akan pernah lagi mengenal godaan Iblis. Seluruh manusia akan memperoleh keselamatan sempurna, dan baru setelah itulah, pekerjaan Tuhan berakhir sepenuhnya. Inilah prasyarat bagi Tuhan dan manusia untuk masuk ke tempat perhentian.‘ Firman Tuhan Yang Mahakuasa telah memberitahu kita dengan jelas bahwa ketika pekerjaan pengelolaan Tuhan sudah selesai, semua orang jahat itu yang pernah menganiaya Dia dan merupakan musuh yang tidak patuh pada-Nya akan telah dimusnahkan oleh bencana besar di zaman akhir. Setelah itu Tuhan dan manusia akan masuk ke tempat istirahat pada saat yang sama. Tempat istirahat Tuhan adalah dalam surga, sementara tempat istirahat manusia adalah di bumi, sama seperti sekarang ini. Yaitu, manusia akan menikmati kehidupan surgawi di bumi. Hidup ini adalah yang dipersiapkan Tuhan bagi manusia, dan terlebih lagi, inilah yang akan Tuhan selesaikan. Kita sekarang harus memahami bahwa kita manusia hidup di bumi pada awalnya, bahwa Tuhan juga melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia di bumi, dan bahwa pada akhirnya, ketika manusia beristirahat, dia masih akan hidup di bumi. Mengetahui hal ini, akankah kita mengejar untuk diangkat ke surga? Bukankah ini merupakan keinginan yang melampaui batas? Apakah hal ini sejalan dengan kebenaran? Nyatanya banyak ayat menyebut’ diangkat’ Mari kita lihat Kisah Para Rasul 8: 39-40: ‘Dan ketika mereka keluar dari air, Roh Tuhan menangkap Filipus, hingga sida-sida itu tidak melihatnya lagi: dan dia lanjut berjalan sambil bersukacita. Namun Filipus ditemukan di Asdod, dan setelah itu dia berkhotbah di semua kota, sampai tiba di Kaisarea.’ Sesuai dengan pendapat manusiawi kita, Filipus diangkat oleh Tuhan, yaitu dia diangkat ke dalam surga. Namun nyatanya bahwa “Filipus ditemukan di Asdod” (Kis 8:40), dan bahwa dia terus berkhotbah tentang Injil Tuhan di semua kota dan melakukan kehendak Tuhan di bumi. Mudah untuk melihat bahwa Filipus tidak diangkat ke dalam surga, melainkan masih hidup di bumi. Nubuat Wahyu berbunyi: “Kerajaan-kerajaan di dunia ini menjadi milik Tuhan kita, dan Kristus-Nya; Dan Dia akan memerintah sampai selama-selamanya” (Wahyu 11:15). Nubuat-nubuat ini cukup untuk membuktikan bahwa saat kita sungguh-sungguh diselamatkan, kita masih akan hidup di bumi, alih alih di surga. Kita tidak akan diangkat ke surga seperti yang kita kira. Jadi pengangkatan bukan berarti kita akan diangkat ke udara sebagaimana yang kita bayangkan. Hal itu hanya datang dari imajinasi kita, yang tidak disiram.”
Semakin banyak aku mendengar persekutuannya, semakin jelas aku jadinya. Hanya pada saat itu aku sadar bahwa hal yang kupikirkan sebelumnya konyol, kekanak-kanakan dan menggelikan. Kupikir: “Seorang manusia bahkan tidak dapat memanjat rumah tanpa tangga, apalagi naik ke surga. Kita manusia adalah makhluk fana, bagaimana kita dapat naik ke surga? Jika demikian, bukankah semua keharusan yang Tuhan persiapkan bagi manusia di bumi akan menjadi sia-sia? Paulus berkata: “Lalu kita yang masih hidup, dan masih tinggal akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan-awan, berjumpa dengan Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan bersama-sama dengan Tuhan selamanya” (1 Tesalonika 4:17). Jadi aku membayangkan tentang “diangkat ke surga,” berpikir kembalinya Tuhan akan membawa kita ke surga. Betapa konyol ideku tentang pengangkatan!” Baru ketika itu aku merasa pengangkatan tidak sesederhana yang mungkin kita kira. Pasti ada kebenaran yang harus kita cari.
Beberapa hari kemudian, aku mencari pesekutuan dengan Saudari Liu, aku berkata, “Karena pengangkatan tidak berarti bahwa kita akan diangkat ke udara untuk bertemu Tuhan seperti yang telah kita bayangkan, namun sesungguhnya berarti bahwa kita masih akan hidup di bumi setelah diselamatkan oleh Tuhan, lalu pada apakah hal itu mengacu?’ Dia dengan sabar mengatakan kepada saya, “Mengenai pengangkatan, semua orang percaya dalam Tuhan selalu berjuang demi hal itu dan mencita-citakannya. Nyatanya pengangkatan yang sejati mengacu pada kita mengikuti jejak Anak Domba, datang ke hadapan Tuhan dan menerima pekerjaan-Nya yang lebih tinggi dan lebih baru. Sedangkan untuk misteri pengangkatan, mari kita membaca bagian dari perkataan dan kita akan ketahui jawabannya. “‘Diangkat’ bukan diambil dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi seperti yang orang bayangkan. Ini kesalahan yang besar. Diangkat mengacu pada penentuan-Ku sejak semula dan pemilihan-Ku. Ini ditujukan kepada semua orang yang telah Kutentukan sejak semula dan Kupilih …. Ini adalah yang paling tidak sesuai dengan pemahaman manusia. Mereka yang berbagian di rumah-Ku di masa depan adalah semua orang yang telah diangkat di hadapan-Ku. Ini sepenuhnya benar, tidak akan pernah berubah, dan tidak dapat dibantah oleh siapa pun. Ini adalah serangan balik terhadap Iblis. Siapa pun yang telah Kutentukan dari semula akan diangkat di hadapan-Ku.” Dari perkataan ini kita mengetahui makna sejati dari pengangkatan. Pengangkatan tidak berarti bahwa daging kita akan diangkat ke surga untuk bertemu dengan Tuhan seperti yang kita bayangkan, namun berarti bahwa kita mengenali suara Tuhan, datang ke hadapan-Nya, menaati pekerjaan-Nya dan menerima pekerjaan yang dinyatakan oleh-Nya. Inilah makna sejati pengangkatan.
Dari perkataan yang saudari itu baca dan persekutuannya, aku mengerti arti sesungguhnya dari pengangkatan. Aku juga menyadari bahwa bersandarnya aku pada pemikiran dan imajinasiku, serta pemahaman makna harafiah Kita Suci untuk menerjemahkan makna pengangkatan adalah sangat konyol. Aku berharap hal yang kuperoleh juga menolongmu. Jika engkau memiliki pemahaman yang berbeda atau jika ada kebingungan, tolong jangan ragu menyuratiku, kita dapat berdiskusi dan bersekutu bersama.
Salam,
Li Ting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar