9 Nov 2019

Saya Memahami Misteri Tentang Jenis Kelamin Tuhan dan Saya Menyambut Kembalinya Tuhan (II)

Kelamin Tuhan, Kesaksian, Menyambut Kembalinya Tuhan,
Misteri AlkitabSaya Memahami Misteri Tentang Jenis Kelamin Tuhan dan Saya Menyambut Kembalinya Tuhan (II)

Oleh Saudari Yuguang, Kanada
Suatu hari, seorang saudari dari gereja asalku datang ke rumahku, dan dia berkata kepadaku dengan sungguh-sungguh, “Saudari, setiap saudara-saudari yang percaya kepada Tuhan merindukan-Nya datang kembali. Sekarang Dia telah datang kembali, jika kita tidak mencari atau menyelidikinya hanya karena jenis kelamin Tuhan tidak sesuai dengan gagasan kita, maka bukankah kita akan menutup diri dari Tuhan? Apakah ini sesuai dengan kehendak Tuhan? Tuhan Yesus berfirman, ‘Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka engkau akan menemukan; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu‘ (Matius 7:7). Jika engkau tidak mencari atau menyelidiki, lalu bagaimana Tuhan akan membuka pintu bagimu? Dan bagaimana engkau dapat menyambut kedatangan-Nya? Berpikir kembali ke zaman Yesus, orang-orang Farisi fasih dalam Alkitab, tetapi karena kedatangan Tuhan Yesus tidak sesuai dengan gagasan mereka sendiri, mereka memaku-Nya hidup-hidup pada kayu salib dan bangsa Israel menderita kesakitan penaklukan nasional. Apakah kita akan menapaki jalan yang sama dengan orang-orang Farisi? Tuhan secara inheren adalah Roh, tidak berbentuk, tidak terlihat, dan tidak berwujud, dan tidak ada perbedaan gender. Baru setelah Tuhan menjadi daging, muncullah perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Tidak peduli apakah Tuhan berinkarnasi sebagai laki-laki atau perempuan, tujuan dari pekerjaan-Nya tidak berubah, yaitu untuk sepenuhnya menyelamatkan semua orang yang mengasihi Tuhan dari pengaruh Iblis dan menuntun mereka ke dalam kerajaan-Nya.”
Beberapa kata dari saudari itu mengingatkanku dengan lembut, dan aku berpikir: Ya! Ketika Tuhan Yesus datang untuk melakukan pekerjaan-Nya, imam-imam kepala Yahudi, ahli-ahli Taurat, dan orang-orang Farisi fasih dalam Alkitab dan telah melayani Tuhan di bait suci selama beberapa generasi. Namun, karena Tuhan Yesus tampak biasa dan normal, karena Dia tidak memiliki wajah seorang raja dan tidak disebut Mesias, mereka mengutuk-Nya dan menghujat-Nya, mereka menolak menerima kebenaran yang Dia katakan, dan akhirnya mereka menyalibkan-Nya pada kayu salib. Sekarang, aku telah mendengar bahwa Tuhan telah datang kembali, dan aku tidak mencari atau menyelidikinya, tetapi sebaliknya telah menolak untuk menerimanya dan telah berkali-kali menolak masuknya saudara-saudari yang datang untuk mengkhotbahkan kedatangan-Nya kepadaku. Bukankah aku menempuh jalan yang sama dengan orang-orang Farisi? Saudari itu melihat bahwa aku tetap diam, dan berkata, “Aku punya buku firman Tuhan di sini. Aku harap engkau akan membacanya dengan sungguh-sungguh.” Kata-kata tulus dan tatapan penuh pengharapannya meluluhkan hatiku. Sudah sekian lama, saudara-saudari telah datang berkali-kali ke rumahku untuk memberitakan Injil, dan tidak ada yang dapat memiliki iman dan kasih sebanyak ini kecuali itu datang langsung dari Tuhan. Oleh karena itu, aku menerima buku tersebut dan memberi tahu saudari itu bahwa aku telah memutuskan untuk menyelidiki dengan cara ini.
Setelah dia pergi, aku tidak sabar untuk membuka buku itu. Semakin aku membaca, semakin aku merasa bahwa kata-kata dalam buku itu mengandung semacam otoritas dan kekuasaan. Buku itu berbicara dengan jelas sekali dan transparan tentang tiga tahap pekerjaan Tuhan, dari penciptaan-Nya atas dunia hingga akhir zaman, dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, dan dari Perjanjian Baru ke Kitab Wahyu. Buku itu juga mengungkap situasi realitas kita saat ini dan pandangan kita tentang kepercayaan kepada Tuhan dan, saat aku membacanya, aku menjadi semakin yakin. Aku merasa bahwa kata-kata ini adalah suara Tuhan karena, selain dari Tuhan, siapa yang akan memiliki pemahaman semendalam itu tentang umat manusia, dan tidak ada selebriti atau orang hebat yang bisa mengucapkan kata-kata otoritatif seperti ini. Aku merasa seperti bibit yang telah dilanda kekeringan begitu lama yang kemudian disiram oleh air kehidupan. Aku membaca buku itu dengan rakus, dan rohku terasa semakin lebih baik …
Suatu hari, aku membaca firman dari Tuhan berikut ini: “Setiap tahap pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan memiliki makna praktisnya sendiri. Saat itu, ketika Yesus datang, Ia adalah laki-laki, tetapi saat ini ketika Tuhan datang, Ia adalah perempuan. Dari ini, engkau bisa melihat bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan demi pekerjaan-Nya, dan bagi-Nya tidak ada perbedaan gender. Ketika Roh-Nya datang, Ia dapat mengenakan jenis daging apa pun sekehendak-Nya dan daging tersebut dapat merepresentasikan diri-Nya. Entah laki-laki atau perempuan, daging itu dapat merepresentasikan Tuhan sejauh itu adalah daging inkarnasi-Nya. Jika Yesus menampakkan diri sebagai perempuan ketika Ia datang, dengan kata lain, jika seorang bayi perempuan, dan bukan bayi laki-laki, yang dikandung dari Roh Kudus, maka tahap pekerjaan itu akan sama saja diselesaikan. Jika kasusnya seperti demikian, maka pekerjaan di tahap sekarang akan diselesaikan oleh seorang laki-laki, tetapi pekerjaan itu sendiri akan sama saja diselesaikan. Pekerjaan yang dilakukan di setiap tahap sama-sama sangat penting. Tidak ada tahap pekerjaan yang diulangi, atau yang bertentangan satu dengan lainnya. Pada saat itu, Yesus dalam melakukan pekerjaan-Nya disebut “Putra tunggal,” dan “Putra” menyiratkan gender laki-laki. Lalu, mengapa Putra tunggal tidak disebutkan di tahap ini? Ini karena persyaratan dari pekerjaan ini mengharuskan adanya perubahan dalam gender, yang berbeda dengan gender Yesus. Bagi Tuhan tidak ada perbedaan gender. Ia melakukan pekerjaan-Nya seperti yang Ia inginkan dan dalam melakukan pekerjaan-Nya, Ia tidak tunduk pada pembatasan apa pun, tetapi terutama bebas. Namun, setiap tahap pekerjaan memiliki makna praktisnya sendiri.”
Setelah membaca bagian ini, hatiku tiba-tiba dipenuhi dengan terang. Ya, pikirku. Tuhan secara inheren adalah Roh, tanpa perbedaan jenis kelamin. Baik jenis kelamin inkarnasi Tuhan adalah laki-laki ataupun perempuan, asalkan itu adalah tubuh yang berpakaian Roh Tuhan, maka itu adalah Kristus dan itu adalah Tuhan sendiri. Meskipun jenis kelamin yang menjadi inkarnasi Tuhan selama dua kali berbeda setiap kalinya, tetapi pada hakikatnya itu tetap Tuhan dan Dia yang bekerja tetaplah Tuhan Sendiri. Misalnya, ketika Tuhan Yesus muncul dan bekerja sebagai laki-laki sebelumnya, tubuh ini adalah representasi Tuhan; sekarang pada akhir zaman, Tuhan telah datang kembali dalam daging sebagai seorang perempuan untuk bekerja, dan tubuh ini adalah representasi Tuhan dengan cara yang sama. Hanya karena pekerjaan Tuhan berbeda sehingga Dia berinkarnasi menjadi jenis kelamin yang berbeda, dan meskipun dagingnya terlihat berbeda dari luar, esensinya sama—yaitu Tuhan Sendiri. Aku kemudian memikirkan diriku sendiri dan betapa bingungnya aku dahulu. Selama beberapa tahun terakhir, seperti apa pun saudara-saudari memberikan persekutuan kepadaku, aku selalu menolak untuk menerima perkataan mereka. Aku telah begitu memberontak dan telah seperti orang-orang Farisi, membatasi pekerjaan Tuhan dengan mengandalkan gagasan dan imajinasiku dan hampir kehilangan keselamatan Tuhan pada akhir zaman.
Aku kemudian membaca firman Tuhan ini: “Seandainya saja pekerjaan Yesus telah dilakukan tanpa dilengkapi dengan pekerjaan pada tahap akhir zaman ini, maka manusia akan selamanya berpegang pada gagasan bahwa hanya Yesus saja merupakan Putra tunggal Tuhan, artinya, bahwa Tuhan memiliki hanya satu putra dan bahwa siapa pun yang datang setelahnya dengan memakai nama lain tidak mungkin merupakan Putra tunggal Tuhan, apalagi Tuhan itu sendiri. Manusia memiliki gagasan bahwa siapa pun yang melayani sebagai korban penghapus dosa atau yang mengambil alih kekuasaan atas nama Tuhan dan menebus semua umat manusia, adalah Putra tunggal Tuhan. Ada beberapa yang percaya bahwa selama Ia yang datang adalah laki-laki, Ia bisa dianggap sebagai Putra Tunggal Tuhan dan representasi Tuhan, dan bahkan ada orang yang mengatakan bahwa Yesus adalah Putra Yahweh, Putra tunggal-Nya. Bukankah ini gagasan manusia yang sangat berlebihan? Jika tahap pekerjaan ini tidak dilakukan di akhir zaman, seluruh umat manusia akan diselubungi oleh bayangan gelap ketika membahas tentang Tuhan. Jika seperti ini kasusnya, laki-laki akan menganggap dirinya lebih tinggi dari perempuan dan perempuan tidak akan pernah mampu mengangkat kepala mereka, dan bahkan tidak akan ada satu perempuan pun yang bisa diselamatkan. Orang-orang selalu menganggap bahwa Tuhan adalah laki-laki, dan terlebih lagi, bahwa Ia selalu memandang rendah perempuan, dan tidak akan menganugerahkan keselamatan kepadanya. Jika seperti ini kasusnya, bukankah benar bahwa semua perempuan, yang diciptakan Yahweh, dan yang juga telah dirusak, tidak akan pernah punya kesempatan untuk diselamatkan? Maka bukankah tidak ada gunanya bagi Yahweh untuk menciptakan perempuan, yaitu, untuk menciptakan Hawa? Bukankah wanita akan binasa untuk selamanya? Untuk alasan ini, tahap pekerjaan di akhir zaman harus dilakukan untuk menyelamatkan seluruh umat manusia, bukan hanya perempuan. Jika ada orang berpikir bahwa, jika Tuhan berinkarnasi menjadi seorang perempuan, itu semata-mata demi menyelamatkan perempuan, maka orang itu benar-benar bodoh!”
Apa yang diungkapkan firman Tuhan persis seperti gagasan yang aku anut! Aku tadinya percaya bahwa Putra tunggal adalah laki-laki dan bahwa hanya laki-laki yang dapat mengambil alih kekuasaan, dan karena itu Tuhan harus datang kembali sebagai laki-laki. Dari firman Tuhan, aku jadi tahu bahwa Tuhan telah berinkarnasi saat ini sebagai seorang perempuan untuk mencabut gagasan-gagasan yang telah kita pegang teguh, untuk menghilangkan pemahaman kita yang keliru dan kesalahpahaman tentang Tuhan, dan untuk membuat kita sadar bahwa Tuhan adalah Roh tanpa perbedaan gender. Jika Tuhan sekali lagi berinkarnasi sebagai laki-laki, maka kita akan cenderung mendefinisikan Tuhan sebagai laki-laki dan sebagai Tuhan laki-laki dan bukan sebagai Tuhan perempuan. Pada kenyataannya, Tuhan adalah Tuhan seluruh umat manusia, dan Dia menyelamatkan laki-laki maupun perempuan. Aku juga akhirnya memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang ayat dalam Alkitab yang menyatakan, “Karena Tuhan begitu mengasihi dunia ini, Dia menyerahkan Anak Laki-Lakinya yang tunggal, sehingga barangsiapa percaya kepada-Nya tidak akan binasa, melainkan memiliki kehidupan kekal” (Yohanes 3:16). Anak laki-laki tunggal disebutkan sehubungan dengan tubuh yang menjadi inkarnasi Tuhan pada masa itu, dan tidak berarti bahwa Tuhan adalah laki-laki. Aku dulu berpegang teguh pada gagasan dan imajinasiku, percaya bahwa sang Putra tunggal adalah laki-laki, dan bahwa Tuhan Yesus tidak mungkin datang dalam wujud perempuan. Jadi, akhirnya aku menutup diri dari Tuhan Yesus yang datang kembali. Aku sudah sangat bodoh dan pemberontak! Aku merasakan dari dalam lubuk hatiku bahwa jika Tuhan tidak berinkarnasi pada akhir zaman untuk mengucapkan firman-Nya, maka tidak seorang pun akan dapat mengungkap misteri ini.
Aku terus membaca firman Tuhan, dan semakin aku membaca, semakin aku merasa dahulu buta dan tidak tahu apa-apa karena telah membatasi pekerjaan Tuhan dengan gagasan dan imajinasiku sendiri dan karena percaya bahwa jika Tuhan tidak berinkarnasi sebagai laki-laki maka itu bukan Tuhan yang datang kembali. Aku juga telah mencoba untuk mencegah adik perempuan dan ibuku dari menerima pekerjaan baru Tuhan dan hampir kehilangan keselamatan Tuhan pada akhir zaman karena kesalahpahamanku sendiri. Syukur kepada Tuhan karena mengutus saudara-saudari ke rumahku berkali-kali untuk memberitakan Injil kepadaku, jika tidak, aku akan sama seperti orang-orang Farisi ketika mereka menentang Tuhan Yesus, hidup dalam gagasan dan imajinasiku, menolak menerima pekerjaan baru Tuhan dan akhirnya kehilangan keselamatan Tuhan selamanya.
Syukur kepada Tuhan! Dengan menyelidiki dengan cara ini, aku dan suamiku sama-sama menerima Injil Kerajaan Tuhan yang Mahakuasa, kami telah datang kembali ke keluarga Tuhan dan sekarang kami menjalani kehidupan gereja yang benar. Saudara-saudari bernyanyi dan menari untuk memuji Tuhan, dan kami bersekutu firman Tuhan. Jika kami memiliki kerusakan, kita bisa benar-benar terbuka tentangnya dan mencari kebenaran untuk mengubahnya, dan ada banyak kesenangan dalam kebaktian kami. Aku juga tidak lagi tidak bahagia seperti dulu, saat aku memiliki semangat yang kering dan layu. Sebaliknya, aku membaca firman Tuhan dan belajar nyanyian pujian setiap hari, dan rohku telah memperoleh pembebasan dan kebebasan penuh dan sejati. Aku dengan tulus bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena membawaku kembali ke keluarga Tuhan, dan telah membantuku membuang kehidupan lamaku dan membimbingku ke jalan terang. Terima kasih, Tuhan!
Tamat.

Sumber Artikel dari "Belajar Alkitab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Akhirnya saya menemukan jalan keluar dari kekeringan rohani(I)

Oleh Endai, Korea Selatan Aku Bertemu dengan Tuhan untuk Pertama Kalinya dan Aku Mengalami Kedamaian dan Sukacita Pada tahun 2010, ak...