13 Okt 2019

Berkat Tuhan untuk Abraham

Firman Tuhan, Misteri Alkitab, Berkat Tuhan untuk Abraham,

Misteri AlkitabBerkat Tuhan untuk Abraham
(Kejadian 22:16-18) Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah, demikianlah firman Yahweh: “karena engkau telah melakukan hal ini dan tidak menahan anakmu, anakmu satu-satunya, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu bertambah banyak seperti bintang di langit dan pasir di tepi laut; dan keturunanmu akan menguasai pintu gerbang musuhnya. Maka oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati, karena engkau sudah menaati suara-Ku.”
Ini adalah kisah yang lengkap tentang berkat Tuhan kepada Abraham. Meskipun singkat, isinya sangat kaya: Tercakup di dalamnya alasan dan latar belakang berkat Tuhan yang diberikan kepada Abraham, dan apa yang Dia berikan kepada Abraham. Isinya pun dipenuhi dengan sukacita dan kegembiraan saat Tuhan mengucapkan firman ini, juga desakan kerinduan-Nya untuk mendapatkan mereka yang mampu mendengarkan firman-Nya. Di dalamnya, kita melihat penghargaan dan kelembutan Tuhan terhadap mereka yang menaati firman-Nya dan mengikuti perintah-Nya. Jadi, kita juga melihat harga yang Dia bayar demi mendapatkan manusia serta perhatian dan pikiran yang Dia curahkan untuk mendapatkan mereka. Selain itu, perikop yang berisi kata-kata “… demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah,” menunjukkan kepada kita kepahitan dan kepedihan mendalam yang ditanggung oleh Tuhan, dan hanya oleh Tuhan saja, di balik pekerjaan dalam rencana pengelolaan-Nya ini. Ini adalah perikop yang membutuhkan pemikiran mendalam serta mengandung makna penting khusus, dan berdampak luas bagi mereka yang datang sesudahnya.

Manusia Mendapatkan Berkat Tuhan Karena Ketulusan dan Ketaatannya

Apakah berkat yang Tuhan berikan kepada Abraham, yang kita baca di sini, besar? Seberapa besarkah? Ada satu kalimat kunci di sini: “Maka oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati,” yang menunjukkan bahwa Abraham menerima berkat yang tidak diberikan kepada siapa pun yang datang sebelum atau sesudahnya. Ketika Abraham, seperti yang Tuhan minta, mengembalikan anak lelaki satu-satunya─anak lelaki satu-satunya yang sangat ia kasihi─kepada Tuhan (catatan: Di sini kita tidak dapat menggunakan kata “mempersembahkan”; kita harus mengatakan bahwa ia mengembalikan anaknya kepada Tuhan), bukan hanya tidak membiarkan Abraham mempersembahkan Ishak, Tuhan pun memberkatinya. Dengan janji apakah Dia memberkati Abraham? Janji untuk melipatgandakan keturunannya. Lalu, seberapa banyakkah mereka akan berlipatganda? Kitab Suci menyediakan catatan berikut: “seperti bintang di langit dan pasir di tepi pantai; dan keturunanmu akan menguasai pintu gerbang musuhnya. Maka oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan diberkati.” Apakah konteks ketika Tuhan mengucapkan firman ini? Yang berarti, mengapa Abraham menerima berkat Tuhan? Dia menerimanya, sebagaimana dikatakan dalam Kitab Suci: “karena engkau sudah menaati suara-Ku.” Yaitu, karena Abraham telah mengikuti perintah Tuhan, karena ia telah melakukan segala sesuatu yang Tuhan katakan, minta dan perintahkan tanpa keluhan sedikit pun, sehingga Tuhan memberikan janji seperti itu kepadanya. Ada satu kalimat penting dalam janji ini yang menyentuh pikiran Tuhan pada saat itu. Sudahkah engkau semua melihatnya? Engkau semua mungkin tidak terlalu memperhatikan perkataan Tuhan, “Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah.” Yang dimaksud perkataan ini adalah bahwa ketika Tuhan menyampaikan firman ini, Dia bersumpah demi diri-Nya sendiri. Demi apakah orang bersumpah ketika mereka mengucapkan sebuah sumpah? Mereka bersumpah demi Langit, yang artinya, mereka bersumpah kepada Tuhan dan demi Tuhan. Orang mungkin tidak memiliki banyak pemahaman tentang fenomena di mana Tuhan bersumpah demi diri-Nya sendiri, tetapi engkau semua akan dapat memahaminya setelah Aku memberikan penjelasan yang benar kepada engkau semua. Diperhadapkan dengan seorang manusia yang hanya dapat mendengarkan firman-Nya namun tidak dapat memahami hati-Nya membuat Tuhan sekali lagi merasakan kesepian dan kehilangan. Dalam kesedihan yang mendalam─dan dapat dikatakan, dengan tanpa sadar─Tuhan pun melakukan sesuatu yang sangat alami: Tuhan meletakkan tangan di hati-Nya dan berkata kepada diri-Nya sendiri tatkala memberikan janji ini kepada Abraham, dan dari janji ini, manusia mendengar Tuhan berkata “Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah.” Melalui tindakan Tuhan, engkau mungkin berpikir tentang dirimu sendiri. Ketika engkau meletakkan tangan di hatimu dan berkata kepada dirimu sendiri, apakah saat itu engkau memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang engkau katakan? Apakah sikapmu tulus? Apakah engkau berbicara dengan terus terang, dengan segenap hatimu? Dengan demikian, kita melihat di sini bahwa ketika Tuhan berbicara kepada Abraham, Dia bersungguh-sungguh dan tulus. Pada saat yang sama ketika Dia berbicara dan memberkati Abraham, Tuhan juga berbicara kepada diri-Nya sendiri. Dia berkata kepada diri-Nya: Aku akan memberkati Abraham, dan membuat keturunannya menjadi sebanyak bintang di langit, dan pasir di tepi pantai, karena ia menaati firman-Ku dan ia adalah orang yang Kupilih. Saat Tuhan berkata: “Demi diri-Ku sendiri Aku bersumpah.” Tuhan memutuskan bahwa melalui Abraham Dia akan menghasilkan orang-orang Israel pilihan, dan setelahnya Dia akan memimpin orang-orang ini maju dengan cepat bersama dengan pekerjaan-Nya. Artinya, Tuhan akan membuat keturunan Abraham mengalami pekerjaan pengelolaan Tuhan, dan pekerjaan Tuhan serta apa yang Tuhan ungkapkan akan dimulai dari Abraham, dan berlanjut dalam diri keturunan Abraham, dan dengan demikian mewujudkan keinginan Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Menurut engkau semua, bukankah hal ini sebuah berkat? Bagi manusia, tidak ada berkat yang lebih besar dari ini. Dapat dikatakan bahwa ini adalah berkat yang paling besar. Berkat yang Abraham dapatkan bukanlah pelipatgandaan jumlah keturunannya, melainkan pencapaian Tuhan atas pengelolaan, amanat dan pekerjaan-Nya dalam diri keturunan Abraham. Ini berarti berkat yang diperoleh Abraham tidak sementara, melainkan terus berlanjut seiring berkembangnya rencana pengelolaan Tuhan. Ketika Tuhan berbicara, ketika Tuhan bersumpah demi diri-Nya sendiri, Dia telah membuat sebuah ketetapan. Apakah proses ketetapan ini benar? Apakah nyata? Tuhan berketetapan bahwa mulai saat itu dan seterusnya, upaya-Nya, harga yang Dia bayar, apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya, segala sesuatu dari-Nya dan bahkan hidup-Nya akan diberikan kepada Abraham dan keturunan Abraham. Tuhan juga berketetapan bahwa dimulai dari sekelompok orang ini, Dia akan mewujudkan perbuatan-Nya, dan memungkinkan manusia untuk melihat hikmat, otoritas dan kuasa-Nya.

Mendapatkan Mereka yang Mengenal Tuhan dan Mampu Bersaksi Bagi-Nya adalah Keinginan Tuhan yang Tidak Pernah Berubah

Pada saat yang sama Dia berbicara kepada diri-Nya sendiri, Tuhan juga berbicara kepada Abraham, tetapi selain mendengar berkat yang Tuhan berikan kepadanya, apakah Abraham dapat memahami keinginan Tuhan yang sebenarnya dalam semua firman-Nya pada saat itu? Tidak! Jadi, pada saat itu, ketika Tuhan bersumpah demi diri-Nya sendiri, hati-Nya tetap merasa kesepian dan sedih. Tetap tidak ada seorang pun yang dapat mengerti atau memahami apa yang Dia maksudkan dan rencanakan. Pada saat itu, tidak seorang pun─termasuk Abraham─yang dapat berbicara kepada-Nya secara langsung, apalagi bekerja sama dengan-Nya dalam melakukan pekerjaan yang harus Dia lakukan. Secara lahir, Tuhan telah mendapatkan Abraham, dan telah mendapatkan seseorang yang dapat menaati firman-Nya. Namun pada kenyataannya, pengetahuan orang ini akan Tuhan hampir tidak ada. Meskipun Tuhan telah memberkati Abraham, hati Tuhan tetap tidak puas. Apa artinya Tuhan tidak puas? Itu berarti pengelolaan-Nya baru saja dimulai. Itu berarti orang-orang yang Dia ingin dapatkan, orang-orang yang rindu Dia lihat, orang-orang yang Dia kasihi, masih jauh dari-Nya. Dia perlu waktu. Dia perlu menunggu. Dia perlu bersabar. Karena pada saat itu, selain Tuhan sendiri, tidak ada seorang pun yang tahu apa yang Dia butuhkan, atau apa yang ingin Dia dapatkan atau apa yang Dia rindukan. Jadi, pada saat yang sama Dia merasa sangat bahagia, Tuhan pun merasakan hati-Nya sangat berat. Namun Dia tidak menghentikan langkah-Nya, dan terus merencanakan langkah yang harus Dia lakukan selanjutnya.
Apakah yang engkau semua lihat di dalam janji Tuhan kepada Abraham? Tuhan memberikan berkat yang besar kepada Abraham hanya karena ia mendengarkan firman-Nya. Meskipun selintas, ini tampaknya biasa, dan hal yang wajar, di dalamnya kita melihat hati Tuhan: Tuhan terutama senang dengan ketaatan manusia kepada-Nya, dan menghargai pemahaman manusia akan Dia serta ketulusan manusia terhadap-Nya. Seberapa dalamkah Tuhan menghargai ketulusan ini? Engkau semua mungkin tidak mengerti seberapa dalam Dia menghargainya, dan mungkin tidak ada seorang pun yang menyadarinya. Tuhan mengaruniakan seorang anak laki-laki kepada Abraham dan setelah anak itu tumbuh besar, Tuhan meminta Abraham untuk mempersembahkannya kepada Tuhan. Abraham mengikuti perintah Tuhan dengan tepat, ia menaati firman Tuhan, dan ketulusannya itu menggerakkan hati Tuhan dan sangat dihargai oleh Tuhan. Seberapa dalamkah Tuhan menghargainya? Dan mengapa Dia menghargainya? Pada saat tidak ada seorang pun memahami firman Tuhan atau mengerti isi hati-Nya, Abraham melakukan sesuatu yang mengguncangkan surga dan menggetarkan bumi, dan itu membuat Tuhan merasakan kepuasan yang belum pernah dirasakan sebelumnya, dan itu membuat Tuhan bersukacita karena mendapatkan seseorang yang mampu menaati firman-Nya. Kepuasan dan sukacita ini datang dari makhluk yang diciptakan oleh tangan Tuhan sendiri, dan merupakan “pengorbanan” pertama yang manusia berikan kepada Tuhan dan itu adalah hal yang paling Tuhan hargai, dari sejak manusia diciptakan. Tuhan mengalami masa sulit menantikan pengorbanan ini dan Dia memperlakukannya sebagai hadiah terpenting pertama dari manusia, yang Dia ciptakan. Ini menunjukkan kepada Tuhan buah pertama dari upaya-Nya dan harga yang telah Dia bayar, dan memungkinkan-Nya untuk melihat pengharapan pada umat manusia. Setelahnya, Tuhan memiliki kerinduan yang bahkan lebih besar untuk memiliki sekelompok orang seperti itu yang akan menemani-Nya, memperlakukan-Nya dengan ketulusan dan memedulikan-Nya dengan ketulusan. Tuhan bahkan berharap Abraham hidup terus, karena Dia ingin memiliki hati seperti itu yang menemani-Nya dan menyertai-Nya selagi Dia melanjutkan pengelolaan-Nya. Tidak peduli apa pun yang Tuhan inginkan, itu hanyalah sebuah keinginan, hanyalah sebuah gagasan─karena Abraham hanyalah manusia yang mampu menaati-Nya, dan tidak memiliki sedikit pun pemahaman atau pengetahuan akan Tuhan. Dia adalah seseorang yang jauh dari standar persyaratan Tuhan bagi manusia, yakni: mengenal Tuhan, mampu bersaksi bagi Tuhan, dan sepikiran dengan Tuhan. Jadi, dia tidak dapat berjalan bersama dengan Tuhan. Melalui dipersembahkannya Ishak oleh Abraham, Tuhan melihat ketulusan dan ketaatan Abraham, serta melihat bahwa dia telah bertahan dalam ujian yang diberikan Tuhan kepadanya. Meskipun Tuhan menerima ketulusan dan ketaatan Abraham, dia masih tidak layak untuk menjadi orang kepercayaan Tuhan, untuk menjadi seseorang yang mengenal dan memahami Tuhan, dan yang mengerti tentang watak Tuhan. Ia masih jauh dari orang yang sepikiran dengan Tuhan dan yang melakukan kehendak-Nya. Jadi, di dalam hati-Nya, Tuhan tetap merasa kesepian dan gelisah. Semakin kesepian dan gelisah hati Tuhan, semakin perlu Dia sesegera mungkin melanjutkan pengelolaan-Nya, dan dapat memilih serta mendapatkan sekelompok orang untuk menyelesaikan rencana pengelolaan-Nya dan melakukan kehendak-Nya secepat mungkin. Inilah keinginan Tuhan yang besar dan keinginan ini tidak pernah berubah dari sejak semula sampai sekarang. Dari sejak Dia menciptakan manusia pada mulanya, Tuhan mendambakan sekelompok pemenang, sekelompok orang yang akan berjalan bersama-Nya dan mampu mengerti, memahami, dan mengenal watak-Nya. Keinginan Tuhan ini tidak pernah berubah. Terlepas dari berapa lama Dia masih harus menunggu, seberapa sulit jalan di depan, tidak peduli masih seberapa jauh tujuan-Nya tercapai, Tuhan tidak pernah mengubah ataupun menyerah dalam pengharapan-Nya kepada manusia. Sekarang setelah Aku mengatakan ini, apakah engkau semua menyadari sesuatu tentang keinginan Tuhan? Mungkin apa yang engkau sadari belum terlalu mendalam─tetapi kesadaran itu akan datang secara bertahap!
Sumber Artikel dari "Belajar Alkitab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Akhirnya saya menemukan jalan keluar dari kekeringan rohani(I)

Oleh Endai, Korea Selatan Aku Bertemu dengan Tuhan untuk Pertama Kalinya dan Aku Mengalami Kedamaian dan Sukacita Pada tahun 2010, ak...