Oleh Qiuhai, Malaysia
Mengikut Tuhan Yesus
Saya telah percaya kepada Tuhan selama 23 tahun. Pada awalnya, ketika istri saya memberitakan Injil Tuhan Yesus kepada saya, saya tidak menerimanya karena takut orang tua saya akan menentangnya karena mereka semua menyembah berhala. Secara kebetulan, saya pergi ke sebuah gereja, dan ketika mendengar seorang pendeta membaca perkataan Tuhan Yesus: “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup: tidak ada manusia yang datang kepada Bapa, tanpa melalui Aku” (Yohanes 14:6), seketika saya dipenuhi dengan kedamaian dan sukacita.
Di masa lalu, ketika istri saya memberi tahu bahwa jiwa orang-orang percaya di dalam Tuhan Yesus akan diterima ke kerajaan surga, saya tidak percaya. Sampai tidak lama kemudian saya tahu hal itu benar. Pada hari itu, saya berdoa dengan tekad dan mulai percaya kepada Tuhan Yesus.
Kemudian, pendeta itu memberi tahu kami: “Selama kita benar-benar percaya kepada Tuhan dan tidak pernah menyimpang dari-Nya kapan pun, pada akhirnya kita akan menikmati hidup kekal dari Tuhan. Iman kepada Tuhan adalah hubungan antara Tuhan dan diri manusia sendiri; selain percaya kepada penebusan Tuhan di dalam hati kita, kita juga perlu bekerja keras untuk Tuhan dan memberitakan Injil lebih lagi, serta tidak berbuat dosa. Dengan cara ini, ketika Tuhan datang, kita akan diangkat ke kerajaan surga.” Jadi kapan pun saya punya waktu, saya akan menghadiri pertemuan kelompok kecil, belajar Alkitab bersama dengan para pendeta, berdoa, dan sebagainya.
Pada 2009, saya pensiun. Setelah itu, saya mulai memimpin kebaktian, mengikuti perjamuan kudus, dan umumnya melayani di gereja. Saya juga secara aktif mengunjungi saudara-saudari yang lemah. Saya merasa memiliki kekuatan dan energi yang tidak terbatas. Pada saat yang sama, saya terus-menerus mengingatkan diri saya agar jangan pernah berbuat dosa; hanya dengan cara demikian saya akan diperkenankan oleh Tuhan dan bertemu Tuhan di kerajaan surga suatu hari nanti. Betapa sukacitanya saat itu!
Berseru pada Tuhan di Tengah Kehancuran
Beberapa tahun kemudian, pendeta dari gereja kami angkat kaki karena tidak sepakat dengan para pendeta dari gereja pusat. Pengkhotbah mulai mengambil alih gereja kami. Di setiap pertemuan ia hanya membaca beberapa ayat tetapi umat percaya tidak bisa merasakan terang baru. Berangsur-angsur, makin sedikit umat percaya yang menghadiri pertemuan. Ketika saya pergi mengunjungi mereka, kebanyakan mereka tidak peduli. Beberapa umat percaya bahkan menggunakan bahasa kasar seperti orang yang tidak percaya, dan tidak memiliki sopan santun seperti layaknya orang Kristen biasa. Dan meskipun pengkhotbah itu mengatakan bahwa kita harus sepikir serta memiliki toleransi dan kesabaran satu sama lain, ia sering kali sewenang-wenang dan memuakkan. Saya sangat bingung: Mengapa gereja dalam kondisi seperti itu? Beberapa umat percaya telah percaya kepada Tuhan selama lebih dari sepuluh tahun, tetapi mereka telah sedikit sekali berubah.
Setelah itu, suasana hati saya biasanya juga terpengaruh oleh semua ini, dan ketika suasana hati sedang buruk, saya akan memarahi anak-anak dan bertengkar sengit dengan istri saya. Saya berada dalam penderitaan mental, jadi saya mencari seorang pendeta dan dia mengatakan bahwa jika saya dengan sepenuh hati membuat pernyataan kepada Tuhan dengan kata-kata Daud dalam Mazmur, saya akan dijamah oleh Tuhan. Setelah itu, saya sering berdoa tengah malam menggunakan kata-kata Daud, tetapi tetap tidak bisa merasakan kuasa Roh Kudus. Setiap kali saya menghadapi sesuatu yang tidak diinginkan, saya akan kehilangan kesabaran dengan anak-anak dan bertengkar dengan istri saya. Ketika saya berpikir tentang makin banyaknya orang percaya yang telah meninggalkan gereja, dan semua saudara-saudari di gereja masih berbuat dosa, saya merasa makin lemah. Dalam ketidakberdayaan, saya berdoa kepada Tuhan berkali-kali: “Ya Tuhan, apa yang salah dengan gereja kami? Mengapa kami masih hidup berdosa dan tidak bisa melakukan kebenaran? Tuhan, jika kami terus seperti ini, dapatkah kami bertemu dengan-Mu? Apakah kami tetap akan memasuki kerajaan surga? Bagaimana kami harus berjalan menuju kerajaan surga?”
Pada awal 2017, tidak ada yang saya kerjakan, jadi saya mulai belajar menggunakan Facebook. Pada akhir September, saya berkenalan dengan Saudari Xi’nuo di FB; kami saling berbagi pengalaman tentang percaya kepada Tuhan dan beberapa hal lain dalam hidup kami, serta sering membahas ayat-ayat Alkitab bersama-sama. Walaupun belum pernah bertemu dengan dia sebelumnya, saya merasa dia sangat tulus dan baik hati. Melihat saya ingin memahami Alkitab, Saudari Xi’nuo ingin memperkenalkan Saudari Liuxin kepada saya. Saya berpikir: “Sekarang, di gereja kami, tidak seorang pun dapat berbicara dengan terang kebenaran. Mungkin beberapa pendeta dan pengkhotbah di luar negeri mendapatkan pencerahan baru.” Karena itu, saya dengan senang hati setuju.
Mencari Jalan ke Kerajaan Surga
Pada bulan Oktober 2017, selama suatu pertemuan, Saudari Liuxin bertanya kepada kami tentang apakah yang paling kami pedulikan dalam memercayai Tuhan. Saya berkata: “Memasuki kerajaan surga, tentu saja.” Kemudian ia mengirimi saya beberapa ayat, “Bukan setiap orang yang memanggil-Ku, Tuhan, Tuhan, yang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga; melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga. Banyak orang akan berkata kepada-Ku di hari itu kelak, Tuhan, Tuhan, bukankah kami telah bernubuat demi nama-Mu, telah mengusir setan-setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak pekerjaan ajaib demi nama-Mu? Saat itu Aku akan menyatakan kepada mereka, Aku tidak pernah mengenalmu: pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan” (Matius 7:21-23). Ia bertanya kepada saya, “Saudaraku, tahukah engkau siapa orang-orang dalam ayat-ayat ini yang memanggil Tuhan?” “Mereka pasti orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan.” Saya menjawab. Saudari Liuxin berkata: “Sebenarnya, mereka yang memanggil Tuhan adalah semua orang yang percaya kepada Tuhan. Orang-orang percaya di dalam Tuhan memiliki dua jenis hasil. Mereka yang melakukan kehendak Bapa surgawi dapat memasuki kerajaan surga. Tetapi beberapa orang percaya mengenal nama Tuhan, tetapi tidak mengikuti firman Tuhan; mereka bernafsu terhadap dunia sekuler, congkak dan sombong, serta menimbulkan kecemburuan dan perselisihan. Yang mereka lakukan tidak berbeda dengan orang yang tidak percaya. Sekalipun mereka berdoa dalam nama Tuhan, mereka jarang melakukan firman Tuhan. Apakah mereka mengikuti kehendak Tuhan? Mereka yang benar-benar mengikuti kehendak Tuhan adalah orang-orang yang dapat mendengarkan firman Tuhan dan menaati pekerjaan-Nya, yang dapat melakukan firman Tuhan setelah mendengarnya, dan yang memiliki ketaatan yang benar kepada Tuhan, takut akan Tuhan, serta menghindari kejahatan. Jika manusia percaya kepada Tuhan tetapi tidak melakukan firman-Nya, bukankah mereka adalah para pelaku kejahatan di mata Tuhan? Dapatkah Tuhan membawa orang-orang seperti itu ke dalam kerajaan surga?” Setelah mendengar persekutuan saudari itu, saya sedikit bingung: Menurut persyaratan Tuhan, saya juga tidak mengikuti kehendak Tuhan. Jadi saya tidak akan memasuki kerajaan surga. Lalu, bukankah iman saya yang lebih dari dua puluh tahun kepada Tuhan itu telah sia-sia belaka?
Karena Saudari Xi’nuo harus pergi bekerja, pertemuan kami harus berakhir. Waktu itu, istri saya sedang memasak, dan setelah mendengar apa yang kami diskusikan, ia berkata kepada saya: “Khotbah mereka lebih unggul daripada para pendeta dan penatua di gereja kita. Apa yang mereka katakan sangat baik dan mencerahkan.” Saya juga berkata dengan gembira: “Ya! Kita semua adalah orang percaya di dalam Tuhan, tetapi penerimaan mereka sangat murni. Pertemuan seperti itu sangat bermanfaat bagi kita.”
Menemukan Akar Dosa
Puji Tuhan! Dua hari kemudian, kami semua kembali online. Saudari Liuxin mengatakan: “Saudaraku, terakhir kali kita bersekutu bahwa hanya mereka yang melakukan kehendak Bapa surgawi yang dapat masuk ke dalam kerajaan surga. Lalu, bagaimana kita akan masuk ke dalam kerajaan surga? Alkitab berkata: ‘Karena ini adalah kehendak Tuhan, bahkan pengudusanmu, bahwa engkau harus menjauhkan diri dari percabulan’ (1 Tesalonika 4:3). ‘Usahakankah hidup damai dengan semua orang dan dalam kekudusan, karena tanpa kekudusan, tidak ada manusia yang bisa melihat Tuhan’ (Ibrani 12:14). Kehendak Tuhan adalah bahwa kita harus kudus. Jadi, sudahkah kita disucikan?” “Tidak,” jawab saya: “Tuhan mengajar kita agar mengasihi orang lain seperti mengasihi diri kita sendiri, tetapi saya tidak dapat mengendalikan diri sendiri dan sering bertengkar dengan istri saya. Dan kemudian ada kondisi gereja ini—walaupun saya berdoa kepada Tuhan, saya tetap tidak memiliki iman. Bukan hanya saya, tetapi banyak saudara-saudari dan bahkan pengkhotbah di gereja kami semua hidup dalam siklus dosa dan pengakuan.” Saudari itu berkata: “Sebenarnya, dari Zaman Hukum Taurat sampai sekarang, hanya sedikit orang yang telah mampu memegang firman Tuhan dan menyingkirkan ikatan dosa. Dan bahkan Paulus berkata: ‘Karena aku tahu, bahwa di dalam aku (yaitu, di dalam dagingku), tidak ada hal yang baik, karena dalam diriku ada kehendak; tetapi aku tidak mendapati cara berbuat apa yang baik’ (Roma 7:18).” Saya berkata: “Para pendeta memberi tahu kita bahwa selama kita memiliki iman kepada Tuhan, Tuhan akan mengampuni dosa-dosa kita. ”
Kemudian saudari itu mengirimi saya satu bagian firman Tuhan: “Orang berdosa sepertimu, yang baru saja ditebus, yang belum diubahkan, atau disempurnakan Tuhan, mungkinkah engkau berkenan di hati Tuhan? Bagimu, engkau yang masih berada dalam diri manusia yang lama, memang benar bahwa engkau diselamatkan oleh Yesus, dan engkau tidak terhitung sebagai orang berdosa karena penyelamatan Tuhan, tetapi hal ini tidak berarti bahwa engkau tidak berdosa, dan tidak najis. Bagaimana mungkin engkau bisa kudus jika engkau belum diubahkan? Di dalam dirimu, engkau dipenuhi dengan kenajisan, egois dan kasar, tetapi engkau masih berharap untuk dapat turun bersama Yesus—enak sekali kau! Engkau melewatkan satu tahap dalam kepercayaanmu kepada Tuhan: engkau baru hanya ditebus, tetapi belum diubahkan. Agar engkau dapat berkenan di hati Tuhan, Tuhan harus langsung melakukan pekerjaan pengubahan dan pembersihan terhadapmu. Jika engkau hanya ditebus, engkau tidak akan dapat mencapai kekudusan. Dengan begini, engkau tidak akan layak mendapat bagian dalam berkat-berkat Tuhan yang baik, sebab engkau melewatkan satu tahap dalam pekerjaan Tuhan dalam mengelola manusia, yaitu tahap kunci berupa pengubahan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, engkau, seorang berdosa yang baru ditebus saja, tidak dapat langsung menerima warisan Tuhan.”
Saudari itu kemudian bersekutu tentang hal ini: “Setelah manusia dirusak oleh Iblis, kita memiliki sifat yang menentang Tuhan. Di Zaman Kasih Karunia, Tuhan Yesus melakukan tahap penebusan. Selama kita percaya kepada Tuhan dan menerima kasih karunia-Nya, dosa-dosa kita akan diampuni. Namun, kita belum menyingkirkan ikatan dosa. Misalnya, sekalipun percaya kepada Tuhan, kita masih mengejar tren sosial, ingin memuaskan daging kita, dan mereguk kenikmatan dosa; kita bekerja keras bagi Tuhan bukan untuk mengikuti kehendak Tuhan tetapi demi mendapatkan berkat Tuhan dan memperoleh kasih karunia dari kerajaan surga. Ketika berhubungan dengan orang lain, kita sering mengungkapkan sifat alami kita, memperlihatkan kecenderungan kita yang congkak dan sombong, dan tidak memiliki toleransi atau kesabaran dengan orang-orang. Secara umum kita tidak dapat hidup dalam gambar orang Kristen sejati. Orang berdosa seperti kita pasti tidak bisa memasuki kerajaan surga. Jadi kerja keras tidak bisa membawa kita ke kerajaan surga; hanya dengan membuang watak kita yang rusak lalu disucikan dan diubahkan, kita dapat memperoleh perkenanan Tuhan. Sekarang, Tuhan telah datang untuk melakukan tahap pekerjaan memurnikan manusia, yaitu pekerjaan penghakiman dengan firman; hanya dengan mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan, watak kita yang rusak dapat disucikan dan kita dapat memperoleh keselamatan Tuhan dan memasuki kerajaan surga.”
Persekutuan saudari itu cukup menyegarkan. Saya berpikir: “Walaupun saya telah bekerja untuk Tuhan dan melakukan banyak perbuatan baik secara lahiriah, saya masih menyalahkan Tuhan ketika menghadapi kesulitan, selalu bertengkar dengan keluarga saya dan tidak melakukan firman Tuhan ketika sedang bersama mereka. Ternyata saya juga memiliki sifat berdosa ini.” Saya juga mengerti bahwa kita tidak dapat memasuki kerajaan surga hanya dengan percaya dan mengikuti Tuhan secara membabi buta. Karena Tuhan itu benar dan kudus, Dia tidak mengizinkan manusia yang cemar memasuki kerajaan-Nya. Jadi, kita perlu menerima pekerjaan penghakiman Tuhan di akhir zaman dan hanya dengan cara ini kita dapat memiliki kesempatan untuk disucikan dan diubahkan, sehingga kita dapat diselamatkan dan memasuki kerajaan surgawi.
Penghakiman Telah Dimulai di Rumah Tuhan
Suatu hari, dalam suatu pertemuan, Saudari Liuxin bersekutu tentang hal ini bersama kami: “Kitab Wahyu menubuatkan bahwa pada akhir zaman, tujuh meterai akan dilepaskan dan kitab itu akan dibuka, dan bahwa kitab itu hanya dapat dibuka oleh Tuhan. Faktanya, Tuhan Yesus sudah datang kembali; Dia telah berinkarnasi sebagai Anak Manusia, dan menampakkan diri di antara umat manusia untuk bekerja lebih dari dua puluh tahun yang lalu. Tuhan sendiri telah membuka kitab itu dan mengungkapkan misteri di dalam Alkitab. Pada akhir zaman, Tuhan telah mengungkapkan jutaan kata dan melakukan pekerjaan penghakiman yang dimulai dengan rumah Tuhan. Orang-orang dari banyak denominasi, baik di dalam maupun di luar negeri, satu demi satu kembali di hadapan Tuhan ketika mereka mendengar suara Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang diangkat di hadapan takhta Tuhan. ” Kemudian saudari itu bersekutu dengan kami tentang rencana pengelolaan Tuhan selama enam ribu tahun, bagaimana manusia telah berkembang hingga saat ini, orang seperti apakah yang dipuji Tuhan, seperti apakah pribadi yang Tuhan hukum dan singkirkan, dan semua aspek kebenaran lainnya.
Saat itu, saya sangat bersemangat. Saya berkata kepada istri saya: “Tuhan Yesus telah kembali. Tetapi kita masih melihat dan menunggu, berdoa dan berpuasa untuk memohon Tuhan menolong kita membangkitkan kembali gereja; kita benar-benar terlalu bodoh dan bebal. Sangat beruntung kita telah dipilih oleh Tuhan dan dapat mengikuti jejak langkah-Nya. Jika tidak, kita akan tetap hidup dalam dosa di pagi hari dan mengaku dosa di malam hari. ” Istri saya juga berkata dengan gembira, “Syukur kepada Tuhan!” Sementara itu, akhirnya saya mengerti mengapa gereja-gereja kami tidak memiliki karya Roh Kudus dan mengapa umat percaya semuanya pasif dan lemah. Ternyata pekerjaan Roh Kudus telah bergerak. Hanya mereka yang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman yang dapat memperoleh penyiraman air kehidupan Tuhan yang hidup. Tidak heran persekutuan saudari itu begitu mencerahkan.
Selanjutnya, Saudari Liuxin mengirimi kami satu petikan lagi firman Tuhan: “Di akhir zaman, Kristus menggunakan berbagai kebenaran untuk mengajar manusia, mengungkapkan hakikat manusia, dan membedah kata-kata dan perbuatan-perbuatannya. Firman ini terdiri dari berbagai kebenaran, seperti tugas-tugas manusia, bagaimana manusia harus menaati Tuhan, bagaimana setia kepada Tuhan, bagaimana menghidupi kemanusiaan yang normal, serta hikmat dan watak Tuhan, dan lain-lain. Firman ini semuanya ditujukan pada hakikat manusia dan wataknya yang rusak. Secara khusus, firman yang mengungkapkan bagaimana manusia menolak Tuhan diucapkan karena manusia merupakan perwujudan Iblis dan kekuatan musuh yang melawan Tuhan. Dalam melaksanakan pekerjaan penghakiman-Nya, Tuhan bukannya begitu saja menjelaskan tentang sifat manusia hanya dengan beberapa kata. Dia menyingkapkannya, menanganinya, dan memangkasnya sekian lama. Cara-cara penyingkapan, penanganan, dan pemangkasan ini tidak bisa digantikan dengan kata-kata biasa, tetapi dengan kebenaran yang tidak dimiliki oleh manusia sama sekali. Hanya cara-cara seperti ini yang dianggap penghakiman, hanya melalui penghakiman jenis ini manusia bisa ditundukkan dan diyakinkan sepenuhnya untuk tunduk kepada Tuhan, dan bahkan memperoleh pengenalan yang sejati akan Tuhan. Tujuan pekerjaan penghakiman agar manusia mengetahui wajah Tuhan yang sejati dan kebenaran tentang pemberontakannya sendiri. Pekerjaan penghakiman memungkinkan manusia untuk mendapatkan banyak pemahaman akan kehendak Tuhan, tujuan pekerjaan Tuhan, dan misteri-misteri yang tidak dapat dipahami manusia. Pekerjaan ini juga memungkinkan manusia untuk mengenali dan mengetahui hakikatnya yang rusak dan akar dari kerusakannya, dan juga mengungkapkan keburukan manusia. Semua hasil ini dicapai melalui pekerjaan penghakiman, karena substansi pekerjaan ini adalah pekerjaan membukakan kebenaran, jalan, dan hidup Tuhan kepada semua orang yang beriman kepada-Nya. Pekerjaan ini adalah pekerjaan penghakiman yang dilakukan oleh Tuhan.”
Saudari itu kemudian bersekutu tentang hal ini: “Tuhan melaksanakan pekerjaan penghakiman dan penyucian sesuai dengan kebutuhan manusia yang rusak dan juga menggunakannya untuk menargetkan sifat perlawanan kita yang jahat kepada-Nya. Dia menghakimi ketidakbenaran batiniah dan pemberontakan kita melalui penghakiman, pengungkapan, peringatan, dan nasihat firman-Nya, dan melalui metode-metode lain, sehingga kita dapat mengetahui watak Tuhan yang benar yang tidak membenarkan pelanggaran dan memiliki pengetahuan yang benar tentang sifat kita sendiri yang seperti si iblis yang jahat dan kejam. Ketika melihat bahwa kita sangat dirusak oleh Iblis, kita akan melahirkan tekad untuk membenci diri kita sendiri dan menyangkal daging kita. Kemudian, kita dapat menerima firman Tuhan dan pengamalannya sesuai dengan tekad itu, dan watak hidup kita akan berubah setelahnya. Dengan cara ini, kita dapat lepas dari ikatan dosa dan disucikan. Ketika awalnya percaya kepada Tuhan, saya sering sembarangan dalam melakukan sesuatu, memiliki gagasan pribadi yang kuat, selalu egois, dan tidak pernah menerima nasihat yang baik dari saudara-saudari seiman. Setelah saya menerima pekerjaan baru Tuhan, di bawah penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan saya mulai memahami bahwa saya terlalu congkak. Didominasi oleh gagasan ‘menempatkan diri sendiri di atas segalanya,’ saya memperlakukan semua orang lain dengan penghinaan dan tidak memiliki tempat bagi Tuhan di dalam hati saya. Saya menganggap pendapat saya sendiri sebagai kebenaran. Semua perbuatan saya semuanya dikuasai oleh sifat seperti si iblis yang rusak. Sampai kemudian saya menerima pekerjaan baru Tuhan, saya memahami bahwa saya dirusak sangat parah oleh Iblis, dan sama sekali tanpa gambar manusia. Saat itu, saya melahirkan tekad untuk membenci diri sendiri dan menyangkal daging. Setelah itu, saya bisa secara sadar melakukan kebenaran dan merendahkan diri. Ketika menghadapi sesuatu, saya akan membahasnya dengan saudara-saudari seiman, dan selama apa yang mereka katakan benar, saya dapat menerima dan mematuhinya. Ketika mengungkapkan watak congkak saya, saya juga bisa menerima penghakiman dan hajaran firman Tuhan serta merenungkan dan mengenal diri saya sendiri sesuai dengan firman kata Tuhan. Sejak itu, saya hidup oleh firman Tuhan, melakukan kebenaran dan menyangkal daging. Perlahan-lahan, watak rusak saya agak berubah; saya tidak kurang ajar dan ketika menghadapi beberapa masalah, saya bisa menjadi tenang di hadapan Tuhan untuk mencari kebenaran. Setelah mengalami pekerjaan Tuhan, saya benar-benar merasakan bahwa penghakiman dan hajaran Tuhan sebetulnya adalah keselamatan dan kasih. Hanya melalui penghakiman dan hajaran firman Tuhan kita dapat mencapai ketaatan dan takut akan Tuhan, dan hidup dalam terang Tuhan.”
Berpikir tentang persekutuan saudari itu, saya menghela napas: saya telah percaya kepada Tuhan selama lebih dari 20 tahun, tetapi sehubungan dengan ayat “Karena waktunya akan datang penghakiman harus dimulai di rumah Tuhan” (1 Petrus 4:17), saya tidak tahu apa artinya. Bagaimana cara Tuhan melakukan penghakiman? Mengapa Tuhan ingin melakukan pekerjaan penghakiman? Tidak seorang pun bisa menerangkannya dengan jelas. Para pendeta dan penatua hanya mengatakan pada saya sambil lalu bahwa ini adalah pekerjaan Tuhan, dan kita tidak layak menelitinya, jadi lupakan saja. Kita hanya perlu taat dan patuh serta menghadiri pertemuan ibadah. Melalui persekutuan saudari itu, saya mengetahui bahwa penghakiman adalah satu-satunya cara bagi kita untuk disucikan dan membawa kita ke kerajaan surga. Kecuali untuk hal ini, tidak ada cara lain.
Seluruh Keluargaku Telah Menghadiri Pesta Perjamuan Anak Domba
Sesudahnya, saudari itu bersekutu dan berbagi dengan kami sesuai dengan kapan saya punya waktu setiap hari. Setiap pertemuan membuat saya merasa lebih terang, dan juga memecahkan kebingungan dan pertanyaan saya tentang percaya pada Tuhan. Saya melihat bahwa firman Tuhan sebenarnya adalah kebenaran, jalan, dan hidup, serta dapat memberi saya cara pengamalan. Kemudian, saya memberitakan Injil kepada keluarga saya. Di masa lalu, istri saya pasif dan lemah serta tidak mau menghadiri pertemuan ibadah. Setelah menerima pekerjaan baru Tuhan, ia telah mendapatkan iman yang luar biasa dan setiap hari ia akan menunggu saudari itu online lebih awal. Saya dan istri saya mengikuti pertemuan itu setiap hari, dan tidak pernah merasa terlalu lama.
Syukur kepada Tuhan! Sekarang sembilan anggota keluarga saya semuanya telah mengikuti jejak langkah Anak Domba dan menghadiri pesta perjamuan Anak Domba. Kami sering menonton film-film tentang keluarga Tuhan bersama-sama, bersekutu dan berbagi satu sama lain, serta dengan senang hati menikmati kasih Tuhan. Syukur kepada Tuhan. Inilah pemilihan dan penentuan Tuhan sejak semula yang memperkenankan kita menikmati persediaan berlimpah Tuhan yang tak berkesudahan dalam keluarga Tuhan. Segala kemuliaan bagi Tuhan yang Mahakuasa tertinggi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar